Cattleya aurantiaca

<i>Cattleya aurantiaca</i>

Vanda tricolor

<i>Vanda tricolor</i>

Coelogyne pandurata

<i>Coelogyne pandurata</i>

Phalaenopsis amabilis

<i>Phalaenopsis amabilis</i>

Grammatophyllum

22.3.15

anggrek_tebu_1 photo anggrek_tebu_2_zpsn03luf00.jpg

Grammatophyllum adalah genus dari 11 spesies anggrek. Nama ini diambil dari bahasa Yunani gramma yang berarti tanda dan phyllon yang berarti daun. Genus anggrek ini menyebar di hutan hujan dari Indo-China, ke Indonesia, Filipina, Papua Nugini, dan pulau-pulau Pasifik Barat Daya.

Genus Gramatophyllum ini merupakan jenis anggrek yang berukuran sangat besar, termasuk anggrek raksasa pada genus ini adalah anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum) yang diyakini sebagai spesies anggrek terbesar yang pernah ada. Pseudobulb-nya dapat tumbuh hingga mencapai ukuran panjang 2,5 m. Tanaman dapat berkembang menjadi rumpun raksasa dengan berat dari beberapa ratus kilogram hingga satu ton. Akar membentuk kumpulan spektakuler.

Klasifikasi Ilmiah
  • Kerajaan : Plantae
  • Devisi: Magnoliophyta
  • Kelas: Liliopsida
  • Ordo : Asparagales
  • Family : Orchidaceae
  • Subfamili : Epidendroideae
  • Suku : Cymbidieae
  • Genus : Grammatophyllum
  • Spesies :

Grammatophyllum elegans (Fiji dan Filipina).
Grammatophyllum fenzlianum (Ambon, Maluku).
Grammatophyllum kinabaluense (Kalimantan Utara).
Grammatophyllum martae (Filipina)
Grammatophyllum measuresianum (Filipina).
Grammatophyllum multiflorum (Filipina).
Grammatophyllum rumphianum (Kalimantan, Maluku).
Grammatophyllum schmidtianum (Marianas).
Grammatophyllum scriptum : (Malaysia sampai Pasifik Selatan).
Grammatophyllum scriptum var. boweri : (Papuasia sampai Santa Cruz Is.)
Grammatophyllum scriptum var. scriptum: (Malaysia sampai Pasifik Selatan).
Grammatophyllum speciosum : (Indo-China sampai kepulauan Solomon)
Grammatophyllum stapeliiflorum (Malaysia, Filipina sampai Selandia Baru).
Grammatophyllum wallisii (Filipina )

Anggrek Tebu Merupakan Anggrek Terbesar

anggrek_tebu_1 photo anggrek_tebu_2_zpsn03luf00.jpg

Betapa saya terpesona saat diberitahu oleh Ibu Nursidah (Balikpapan), bahwa anggrek tebu miliknya telah berbunga, bagi saya ini adalah kejadian yang langka sebab anggrek tebu merupakan jenis anggrek yang tidak rajin berbunga. Menunggu munculnya bunga pada anggrek tebu bisa sampai bertahun-tahun.

Anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum) merupakan anggrek terbesar. Sosok batangnya ini memang mirip dengan tebu oleh karena itu kemudian anggrek ini terkenal sebagai anggrek tebu. Merupakan jenis anggrek paling besar dan paling berat diantara jenis-jenis anggrek lainnya. Dalam satu rumpun dewasa, anggrek tebu dapat mencapai berat lebih dari 1 ton dan mempunyai panjang malai hingga 3 meter dengan diameter malai sekitar 1,5-2 cm. Itulah sebabnya tanaman ini layak menyandang predikat sebagai anggrek terbesar dan terberat atau anggrek raksasa.

Ciri utama anggrek tebu adalah ukurannya yang besar. Malai dapat tumbuh mencapai ketinggian 2,5 – 3 meter dengan diameter sekitar 1,5-2 cm. Dalam setiap malai bisa memiliki puluhan, bahkan mencapai seratus kuntum bunga yang masih-masing bunga berdiameter sekitar 10 cm.

anggrek_tebu_2 photo anggrek_tebu_3_zpscnyi7gwi.jpg
Bunga anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum)


Bunga anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum) berwarna kuning dengan bintik-bintik berwarna coklat, merah atau merah kehitam-hitaman. Bunga anggrek tebu tahan lama dan tidak mudah layu. Meskipun telah dipotong dari batangnya bunga raksasa yang super besar dan berat ini mampu bertahan 2 bulan.

Tanaman anggrek tebu tersebar secara alami mulai dari Myanmar, Thailand, Laos, Vietnam, Malaysia, Indonesia, hingga New Guinea. Di Indonesia anggrek tebu tersebar ulai dari pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Maluku, hingga Papua.

Tanaman bunga anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum) tumbuh di sela-sela atau pangkal pohon besar di daerah dataran rendah yang beriklim tropis. Anggrek tebu membutuhkan sinar matahari langsung. Keunikan dan langkanya tanaman anggrek terbesar dan terberat ini membuat anggrek tebu menjadi salah satu anggrek yang dilindungi di Indonesia.

Dendrobium

4.8.13

dendrobium_kanaya

Dendrobium adalah salah satu marga anggrek epifit yang paling banyak jumlah spesies dan variannya. Hampir 2000 spesies berada di wilayah Asia seperti Indonesia, Malaysia, Jepang, Taiwan, dan sekitar 700 spesies berada di, biasa digunakan sebagai tanaman hias ruang atau taman, bahkan ada pula yang dipakai sebagai tirai teras rumah. Bunganya sangat indah dengan variasi warna yang banyak. Anggrek dalam genus Dendrobium relatif mudah pemeliharaannya dan dari semua spesies kebanyakan rajin berbunga.

Pola pertumbuhan anggrek Dendrobium bertipe simpodial, artinya memiliki pertumbuhan ujung batang terbatas. Batang ini tumbuh terus dan akan berhenti setelah mencapai batas maksimum. Pertumbuhan ini akan dilanjutkan oleh anakan baru (keiki) yang tumbuh di sampingnya. Pada anggrek simpodial ini terdapat penghubung yang disebut rhizoma atau batang di bawah media tanam. Dari rhizoma ini akan keluar tunas anakan baru (keiki). Di antara rhizoma dan daun ada semacam umbi yang disebut pseudobulb (umbi palsu). Ukuran maupun bentuk pseudobulb bervariasi, ada yang pendek dan ada yang sangat panjang.

Keluarga anggrek dalam genus Dendrobium membutuhkan sinar matahari dengan sedang sampai tinggi, tergantung dari jenisnya. Apabila suhu terlalu tinggi dapat dibantu dengan pengkabutan dengan penggunaan semprotan untuk menghindari penguapan yang lebih besar atau dengan memasang paranet untuk mengurangi intensitas cahaya matahari.

Klasifikasi Ilmiah
  • Kerajaan : Plantae
  • Devisi: Magnoliophyta
  • Kelas: Liliopsida
  • Ordo : Asparagales
  • Family : Orchidaceae
  • Genus : Dendrobium
  • Spesies :

Dendrobium anosmum
Dendrobium bilobum
Dendrobium bukidnonensis
Dendrobium bullenianum
Dendrobium candidum
Dendrobium cariniferum
Dendrobium ceraula
Dendrobium chameleon
Dendrobium chrysanthum
Dendrobium conanthum
Dendrobium heterocarpum
Dendrobium hymenophyllum
Dendrobium ionopus
Dendrobium johnsoniae
Dendrobium junceum Philippine endemic
Dendrobium kingianum
Dendrobium lindleyi
Dendrobium lineale
Dendrobium lituiflorum
Dendrobium loddigesii
Dendrobium macrophyllum
Dendrobium milaniae native of Mount Pangasugan in the Philippine
Dendrobium mindanaense
Dendrobium miyasakii
Dendrobium nobile
Dendrobium papilio
Dendrobium parthenium
Dendrobium pendulum
Dendrobium thyrsiflorum
Dendrobium thysanophorum
Dendrobium uniflorum
Dendrobium velutinalabrum
Dendrobium victoriae
Dendrobium wangliangii
Dendrobium wenzellii
Dendrobium yeagerei
Dendrobium pentapterum
Dendrobium phalaenopsis
Dendrobium philippinensis
Dendrobium crispilinguum
Dendrobium crumenatum
Dendrobium cuthbertsonii
Dendrobium dearei
Dendrobium erosum
Dendrobium epidendropsis from the Philippines
Dendrobium euryanthum
Dendrobium fairchildae
Dendrobium forbesii
Dendrobium formosum
Dendrobium gerlandianum
Dendrobium gibsonii
Dendrobium goldschmidtianum
Dendrobium guerreroi
Dendrobium hellwigianum
Dendrobium hercoglossum
Dendrobium phillippsii
Dendrobium platycaulon
Dendrobium polysema
Dendrobium profusum
Dendrobium ramosii
Dendrobium sanderae
Dendrobium sanguinolentum
Dendrobium schuetzei
Dendrobium secundum
Dendrobium seratilabium
Dendrobium sinense
Dendrobium speciosum
Dendrobium taurinum
Dendrobium ((Aiko Sukimoto x Liholiho) x Dark Dame) x Brown Sugar
Dendrobium (Bota Blue x Makariki Blue) x D'Bush Classic
Dendrobium (Chao Praya Smile x Chao Praya Gem) xx (Dal's Stunner x Wanvipa)
Dendrobium (D. Adele Fortescue x D. Winifred Fortescue)
Dendrobium (D. Aridang Green x D. Burana Stripe)
Dendrobium (D. Aussie Aurora x D. speciosum)
Dendrobium (D. Avrils Gold x D. YT Goliath)
Dendrobium (D. Intense x D. Aussie Starlight)
Dendrobium (D. Oriental Paradise x D. Hamburen Gold)
Dendrobium (D. Red Toro x D. Constance)
Dendrobium (D. Spiral Gem x D. stratiotes)
Dendrobium (D. engae x D. bigibbum)
Dendrobium Adora Nishii
Dendrobium Alan Mann
Dendrobium Albertine
Dendrobium Alex MacPherson x canaliculatum
Dendrobium Alice Cummins
Dendrobium Alice's Marelyn
Dendrobium Alice's Roberto
Dendrobium Alices Roberto x discolor var. broomfieldii
Dendrobium Amy Wong x Halawa Beauty
Dendrobium Amythaon
Dendrobium Anching Lubag
Dendrobium Anne's Rainbow
Dendrobium Anne's Rainbow Surprise
Dendrobium Audrey Chinn
Dendrobium Aussie Aurora
Dendrobium Aussie Phil
Dendrobium Aussie Pink
Dendrobium Aussie's Pixie
Dendrobium Australian Beauty 'Magnificent'
Dendrobium Australian Freckles
Dendrobium Australian Purple Pepper
Dendrobium Australian Purple Pepper
Dendrobium Australian Purple Pepper
Dendrobium Australian Purple Pepper
Dendrobium Australian Purple Pepper x racemosum
Dendrobium Avril's Gold
Dendrobium Awesome
Dendrobium Banana Panda
Dendrobium Banana Royal
Dendrobium Bangkok Blue
Dendrobium Ben Purnell
Dendrobium Betty Ho 'Kamiya'
Dendrobium Big Alex
Dendrobium Black Spider
Dendrobium Black Spider x Ly's Pride
Dendrobium Blue Angel
Dendrobium Blue Foxtail
Dendrobium Blue Sparkle x Mayfair xx Madame Vipa
Dendrobium Blue Violetta
Dendrobium Bohemian Rhapsody
Dendrobium Brinawa Sunset
Dendrobium Brisbane River
Dendrobium Brisbane River x stratiotes
Dendrobium Burana Emerald
Dendrobium Burana Green 'Udom no 1'
Dendrobium Burana Jade
Dendrobium Burana Jade x bigibbum
Dendrobium Burana Stripe
Dendrobium Burana Stripe x Nida 'Stripe'
Dendrobium Burana Stripe xx (arcuatum x Halawa Beauty)
Dendrobium Burana Sundae
Dendrobium Burana White
Dendrobium Burana White x Thailand Stripes 'Hawaii'
Dendrobium Burgundy Cream
Dendrobium Burmese Ruby x Gordon Kong xx lasianthera
Dendrobium C. K. Ai 'Oka'
Dendrobium Caesar 'Alba'
Dendrobium Caitlyn Brooke
Dendrobium Candy 'Mornington'
Dendrobium Candy Stripe
Dendrobium Carol Ann McQueen
Dendrobium Caroline King
Dendrobium Ceasar
Dendrobium Ceylon Glory x Malones 'Victory'
Dendrobium Chao Praya Gem
Dendrobium Chao Praya Sweet x bigibbum
Dendrobium Charelle x lasianthera
Dendrobium Chessingtonense
Dendrobium Chester
Dendrobium Chiengmai Sunshine
Dendrobium Christabella
Dendrobium Christmas Chimes x Selected Picture
Dendrobium Cinderella
Dendrobium Circe
Dendrobium Class 'WOC' Dendrobium Colonial Maid 'Verity'
Dendrobium Colonial Surprise x Aussie Springtime
Dendrobium Colonial Surprise x Dot Sheen
Dendrobium Colonial maid 'Verity'
Dendrobium Comboyne
Dendrobium Console x Oritopia
Dendrobium Constance
Dendrobium Coronation Gold
Dendrobium Cream Mellon
Dendrobium Daddy Longlegs
Dendrobium Dainty Cascades
Dendrobium Dainty Cascades x dolichophylla
Dendrobium Dal's Classic 'Patricia' x Dal's Pixie 'DJN' 2
Dendrobium Dal's Delux x (Kiyomi Beauty x Nong-Kham Beauty) xx Hawaiin Beauty
Dendrobium Dal's Delux xx Dal's Queen x Autumn Splendour
Dendrobium Dal's Fancy
Dendrobium Dal's Madam x Aran Princess 'No2' xx Aran Princess
Dendrobium Dal's Memory
Dendrobium Dal's Memory x (Dal's Madam x Dal's Queen)
Dendrobium Dal's Memory x Dal's Diamond
Dendrobium Dal's Memory x Wanvipa
Dendrobium Dal's Pennies
Dendrobium Dal's Pennies xx Udomsri Beauty x Srisomboon
Dendrobium Dal's Praise xx Dal's Classic x Dal's Wonder
Dendrobium Dalellen x Nick's Princess xx Champagne Stripes
Dendrobium Darcie Mikami x Bangkok Blue
Dendrobium Darlington Quest
Dendrobium Darlington Quest x Aussie Quest xx Grarose 'Lemon Drops'
Dendrobium Dawn Maree
Dendrobium Diamond Queen 'Hawaii'
Dendrobium Diane Kouchi x stratiotes
Dendrobium Diane Kouchi x stratiotes
Dendrobium Doctor Poyck
Dendrobium Dolly x Jester xx discolor subsp. broomfieldii
Dendrobium Donovan
Dendrobium Early Bird
Dendrobium Easter Bunny
Dendrobium Eclipse
Dendrobium Eduardo Frei Ruiz-Tagle
Dendrobium Elegant Heart 'Burnt Coral'
Dendrobium Ellen
Dendrobium Elva Ann x Gemwood
Dendrobium Enobi Purple 'Splash'
Dendrobium Euryalus
Dendrobium Fairy Flake x Snowflake
Dendrobium Faisal El-Fayez
Dendrobium Farmeri-Thyrsiflorum
Dendrobium Farmeri-Thyrsiflorum
Dendrobium Fire Coral
Dendrobium Flinders
Dendrobium Floralia
Dendrobium Formidible
Dendrobium Fuch's Blue Angel
Dendrobium Gatton Sunray
Dendrobium Genting Fragrance
Dendrobium Genting Fragrance
Dendrobium Genting Royal
Dendrobium Gerald McCraith
Dendrobium Gillieston Jazz
Dendrobium Gion 'Pink Lady'
Dendrobium Golden Blossom
Dendrobium Golden Fleck
Dendrobium Grumpy
Dendrobium Halawa Beauty x tangerinum
Dendrobium Hamana Lake
Dendrobium Hambühren Gold x Golden Talisman
Dendrobium Hilda Poxon
Dendrobium Hun-Chu
Dendrobium Hybrid
Dendrobium Imi x Naniloa xx Kristen Ann x Nicole Camelot 'Hawaii'
Dendrobium Indonesia Raya 'Ayah'
Dendrobium Ingham Blue
Dendrobium Ingham Samarai
Dendrobium Iris McCay
Dendrobium Island Fantasy
Dendrobium Jacquie Stocker
Dendrobium Jaihan
Dendrobium Jaq-Hawaii
Dendrobium Jaquelyn Thomas 'Uniwai Blush'
Dendrobium Jaquie Stocker
Dendrobium Joaquim Alberto Chissano
Dendrobium John's Charm 'Yellow'
Dendrobium John's Charm
Dendrobium Judy Flere
Dendrobium Juleen High
Dendrobium Kasugano 'Evening' x Shinomome
Dendrobium King Leaney x tetragonum var. giganteum
Dendrobium Kiyoshi Izumi
Dendrobium Kiyoshi Izumi x Diane Kouchi
Dendrobium Kouchi's Pride
Dendrobium Kouchi's Pride x Odom's Canary Diamond
Dendrobium Lanny Boy
Dendrobium Larapinta Barbara
Dendrobium Liberty White
Dendrobium Lili's Shadow
Dendrobium Madame Udomsri x Jaquelyn Concert
Dendrobium Madame Vipa xx Blue Sparkle x Mayfair
Dendrobium Mae-Klong River x (James Dick x Physan Princess)
Dendrobium Makariki Blue x Bota Blue
Dendrobium Maria Davila x Ahulani Hinojosa
Dendrobium Mary Friederichs
Dendrobium Masako Taki
Dendrobium Maui Rose
Dendrobium Mayfair
Dendrobium Mayfair xx Ethel Kawamoto x nindii xxx taurinum
Dendrobium Memoria Kip McKillop
Dendrobium Michael Jeffery
Dendrobium Michael Jupp
Dendrobium Michael Jupp x fuliginosum
Dendrobium Michael Kearney x lasianthera
Dendrobium Miyuki `Forest Mist`
Dendrobium Model
Dendrobium Momi Cummins x Blue Shadow
Dendrobium Montrose
Dendrobium Mother Teresa 'Stripes'
Dendrobium Mousmee
Dendrobium Mozah Bint Nasser Al-Missned
Dendrobium Nestor
Dendrobium New Guinea
Dendrobium New Star
Dendrobium Nobuchan
Dendrobium Nora Tokunaga
Dendrobium Norman 'Pam'
Dendrobium Numbat
Dendrobium Odom's Harvest Gold
Dendrobium Odom's Honey Amber
Dendrobium Oriental Paradise
Dendrobium Palolo Sunshine
Dendrobium Palolo Sunshine
Dendrobium Pascal Kuning 'Clifton'
Dendrobium Pathumthani
Dendrobium Pauline Rankin
Dendrobium Peewee x delicatum
Dendrobium Peter
Dendrobium Phaisrithong xx (Dal's Pride 'Algester' x Dal's Sado 'Deborah')
Dendrobium Phyllis Merritt x nindii
Dendrobium Pink Beauty 'Queen'
Dendrobium Pink Doll 'Elegance' x Model
Dendrobium Pioneer Bronze
Dendrobium Princess Sharon x helix
Dendrobium Proud Appeal 'Ace'
Dendrobium Rasa Sayang
Dendrobium Red Toro
Dendrobium Roongkamal Vejvarut
Dendrobium Rung Roeng
Dendrobium Salak
Dendrobium Samarai
Dendrobium Schulan
Dendrobium Schulan x superbiens
Dendrobium Sea Marie
Dendrobium Shavin White
Dendrobium Silver Bells
Dendrobium Somsak 'White' x Diane Shimazu 'Waianae Blush'
Dendrobium Somsak 'White' x Haleahi Blush
Dendrobium Sonia
Dendrobium Sparkling Jack
Dendrobium Spellbound x Suksawat
Dendrobium Spring Dream 'Apollon'
Dendrobium Star Imp
Dendrobium Star of Gold
Dendrobium Stardust
Dendrobium Stephen Batchelor
Dendrobium Stephen x fuliginosum
Dendrobium Stratiotan
Dendrobium Super Star 'Dandy'
Dendrobium Suzanne x Gilpet
Dendrobium T. Shioi
Dendrobium Tan Kheng Lian
Dendrobium Tancho
Dendrobium Ted Davis
Dendrobium Tegan's Delite
Dendrobium Telekon
Dendrobium Therese Turner
Dendrobium Thongchai Gold
Dendrobium Tie-Dye 'Dappled' x Breeze
Dendrobium Tie-Dye 'Spots'
Dendrobium Topaz Dream x bigibbum
Dendrobium Touch of Gold
Dendrobium Trahair
Dendrobium Tweetas
Dendrobium Tweetie
Dendrobium Tyabb
Dendrobium Udom Blue Angel
Dendrobium Unknown
Dendrobium Verninha
Dendrobium Victorian Flare
Dendrobium Victorian King
Dendrobium Victorian Regency
Dendrobium Vintner's Reserve
Dendrobium Waianae Profusion
Dendrobium Warragul 'Magenta'
Dendrobium Wasyl
Dendrobium White Pony
Dendrobium Willowie Gold
Dendrobium Woo Leng 'Blue Lip'
Dendrobium X gracillimum
Dendrobium Yellow Ribbon 'Delight'
Dendrobium Yukidaruma
Dendrobium Zip
Dendrobium aberrans
Dendrobium aberrans
Dendrobium acerosum
Dendrobium adae
Dendrobium aduncum
Dendrobium aemulum
Dendrobium affine
Dendrobium agrostophyllum
Dendrobium albosanguineum
Dendrobium aloifolium
Dendrobium amboinense
Dendrobium amethystoglossum
Dendrobium amplum
Dendrobium anceps
Dendrobium annae
Dendrobium anosmum
Dendrobium antennatum
Dendrobium aqueum
Dendrobium arcuatum
Dendrobium atroviolaceum
Dendrobium aurantiroseum
Dendrobium ayubii
Dendrobium barbatulum
Dendrobium bellatulum
Dendrobium bicaudatum
Dendrobium bifalce
Dendrobium bifarium
Dendrobium bigibbum 'Blue Moon' xx bigibbum x Chao Praya White
Dendrobium bigibbum
Dendrobium bigibbum x Chao Praya White xx Autumn Carnival
Dendrobium bilobum
Dendrobium biloculare
Dendrobium blumei
Dendrobium bowmanii
Dendrobium bowmanii
Dendrobium bracteosum
Dendrobium bullenianum
Dendrobium canaliculatum
Dendrobium canaliculatum x Jaq-Hawaii
Dendrobium canaliculatum x Jaq-Hawaii
Dendrobium capillipes
Dendrobium capituliflorum
Dendrobium capra
Dendrobium cariniferum
Dendrobium catenatum
Dendrobium ceraula
Dendrobium christyanum
Dendrobium chrysanthum
Dendrobium chryseum
Dendrobium chrysopterum
Dendrobium chrysotoxum
Dendrobium cinereum
Dendrobium clavator
Dendrobium cochliodes
Dendrobium compactum
Dendrobium compressum
Dendrobium concinnum
Dendrobium convolutum
Dendrobium crepidatum
Dendrobium cretaceum
Dendrobium crocatum
Dendrobium cruentum
Dendrobium crumenatum
Dendrobium crystallinum
Dendrobium cucullatum
Dendrobium cucullatum
Dendrobium cucumerinum
Dendrobium cumulatum
Dendrobium cuthbertsonii
Dendrobium cymboglossum
Dendrobium dantaniense
Dendrobium dearei
Dendrobium delacourii
Dendrobium densiflorum
Dendrobium derryi
Dendrobium discolor
Dendrobium discolor subsp. broomfieldii x Silver Wake
Dendrobium distichum
Dendrobium dixanthum
Dendrobium draconis
Dendrobium ellipsophyllum
Dendrobium ellipsophyllum
Dendrobium engae
Dendrobium erosum
Dendrobium exile
Dendrobium eximium
Dendrobium faciferum
Dendrobium fairchildae
Dendrobium falconeri
Dendrobium falcorostrum
Dendrobium farmeri
Dendrobium fimbriatum
Dendrobium findlayanum
Dendrobium finisterrae
Dendrobium fleckeri
Dendrobium formosum
Dendrobium friedericksianum
Dendrobium friedericksianum x Eikoh
Dendrobium friedricksianum x Buderim Fantasy
Dendrobium lamyaiae
Dendrobium lancifolium
Dendrobium lasianthera
Dendrobium lawesii
Dendrobium leonis
Dendrobium lichenastrum
Dendrobium lindleyi
Dendrobium lineale
Dendrobium linearifolium
Dendrobium linguella
Dendrobium linguiforme
Dendrobium litorale
Dendrobium lituiflorum
Dendrobium loddigesii
Dendrobium lohokii
Dendrobium macrophyllum var. macrophyllum
Dendrobium macrostachyum
Dendrobium mannii
Dendrobium metachilinum
Dendrobium mohlianum
Dendrobium mohlianum x melianthum
Dendrobium moniliforme
Dendrobium monophyllum
Dendrobium moorei
Dendrobium moquetteanum
Dendrobium mortii
Dendrobium moschatum
Dendrobium mutabile
Dendrobium nindii x tangerinum
Dendrobium nobile
Dendrobium ochreatum
Dendrobium odoratum
Dendrobium oligophyllum
Dendrobium ovatum
Dendrobium ovipostoriferum
Dendrobium ovipostoriferum
Dendrobium pachyanthum
Dendrobium pachyphyllum
Dendrobium palpebrae
Dendrobium panduriferum
Dendrobium parishii
Dendrobium parthenium
Dendrobium peguanum
Dendrobium pendulum
Dendrobium pentapterum
Dendrobium platygastrium
Dendrobium polyanthum
Dendrobium pseudoconanthum
Dendrobium pugioniforme
Dendrobium pulchellum
Dendrobium purpureum
Dendrobium purpureum
Dendrobium racieanum
Dendrobium rigidifolium x Dal's Glory
Dendrobium rigidum
Dendrobium sanderae
Dendrobium sanderae
Dendrobium sanderae
Dendrobium sanguinolentum
Dendrobium sarawakense
Dendrobium scabrilingue
Dendrobium schneiderae
Dendrobium schoeninum
Dendrobium schulleri x canaliculatum
Dendrobium secundum
Dendrobium senile
Dendrobium serratilabium
Dendrobium shiraishii
Dendrobium signatum
Dendrobium singaporense
Dendrobium singkawangense
Dendrobium smillieae
Dendrobium soriense
Dendrobium spatella
Dendrobium friedricksianum x Dendrobium aphyllum
Dendrobium fuliginosum
Dendrobium fythianum
Dendrobium gibsonii
Dendrobium glomeratum
Dendrobium goldschmidtianum

Cymbidium

 photo P4211108_zps11dc39d6.jpg

Cymbidium atau anggrek perahu, adalah genus dari ratusan spesies di family Orchidaceae dari keluarga anggrek. Ini pertama kali dijelaskan oleh Olof Swartz pada tahun 1799. Nama ini berasal dari kata Yunani kumbos yang bermakna 'lubang atau rongga'. Hal ini mengacu pada bentuk dasar bibir. Genus ini disingkat Cym. dalam perdagangan hortikultura.

Anggrek dari genus Cymbidium telah memikat banyak kolektor anggrek di dunia, selain bunganya yang elok anggrek jenis ini jauh lebih toleran dengan kondisi musim di daerah tropis. Foto Cymbidium (Cymbidium golden elf) di atas adalah koleksi penulis (Owner Blog ini) yang berada di Balikpapan dengan kondisi wilayah di dataran rendah, Cymbidium golden elf adalah hibrida dari Cym. ensifolium x Cym. Enid Haupt, didaftarkan oleh Rod McLellan Co, pada tahun 1978, dan anggrek ini rajin berbunga pada musim panas. Cymbidium mudah beradaptasi pada suhu dingin dan suhu agak panas. Ukuran tanaman ini lebih kecil dan lebih mudah perawatannya.

Cymbidium menyukai sinar matahari tidak terlalu panas, atau memerlukan keteduhan sekitar 50%. Habitat asalnya adalah tumbuh di pesisir Amerika Serikat dan negara-negara beriklim sedang lainnya. Mereka dapat tumbuh di luar selama musim semi, musim panas dan musim gugur. Selama musim panas, ia akan tumbuh dengan cepat, akan muncul pseudobulbs baru dengan tunas yang panjang diatasnya, daun sempit agak tebal dan panjang sekitar 30 cm. Bunga-bunga menjuntai.

Klasifikasi Ilmiah

  • Kerajaan : Plantae
  • Devisi: Magnoliophyta
  • Kelas: Liliopsida
  • Ordo : Asparagales
  • Family : Orchidaceae
  • Genus : Cymbidium
  • Spesies :

Cymbidium æstivum Z.J. Liu & S.C. Chen
Cymbidium aliciæ
Cymbidium aloifolium
Cymbidium atropurpureum
Cymbidium bicolor
Cymbidium borneense
Cymbidium canaliculatum
Cymbidium chawalongense
Cymbidium chloranthum
Cymbidium cochleare
Cymbidium cyperifolium
Cymbidium dayanum
Cymbidium defoliatum
Cymbidium devonianum
Cymbidium eburneum
Cymbidium elongatum
Cymbidium ensifolium
Cymbidium erythræum
Cymbidium erythrostylum
Cymbidium faberi
Cymbidium finlaysonianum
Cymbidium flavum
Cymbidium floribundum
Cymbidium goeringii
Cymbidium gongshanense
Cymbidium hartinahianum
Cymbidium hookerianum
Cymbidium insigne
Cymbidium iridioides
Cymbidium kanran
Cymbidium lancifolium
Cymbidium longifolium
Cymbidium lowianum
Cymbidium macrorhizon
Cymbidium madidum
Cymbidium maguanense
Cymbidium mastersii
Cymbidium micranthum Z.J. Liu & S.C. Chen
Cymbidium multiradicatum Z.J. Liu & S.C. Chen
Cymbidium munronianum
Cymbidium nanulum
Cymbidium parishii
Cymbidium qiubeiense
Cymbidium rectum
Cymbidium sanderae
Cymbidium schroederi
Cymbidium sigmoideum
Cymbidium sinense
Cymbidium suave
Cymbidium suavissimum
Cymbidium teretipetiolatum
Cymbidium tigrinum
Cymbidium tracyanum
Cymbidium wenshanense
Cymbidium whiteae
Cymbidium wilsonii
Cymbidium Artistic Impression 'Snowdrop'
Cymbidium Australian Midnight
Cymbidium Bulbarrow 'Dew Drop'
Cymbidium Bull's Eye 'Stunner'
Cymbidium Camelot
Cymbidium Cindy Lou 'Helen'
Cymbidium Coraki Gold
Cymbidium Cricket 'Invincibles'
Cymbidium Doctor Len 'Ruby Sunset'
Cymbidium Dolly x Sleeping Beauty 'Donna'
Cymbidium Enzan Summer
Cymbidium Grand Monarch
Cymbidium Idyllic Glamour
Cymbidium Jessie Blakiston 'April Love'
Cymbidium Khan Flame 'Raquel'
Cymbidium King Arthur
Cymbidium Koh-hou
Cymbidium La Novia 'Mona Vale'
Cymbidium Little Sarah 'Sweet Charm'
Cymbidium Love The Moon
Cymbidium Melanie
Cymbidium Mem. Dean Roesler
Cymbidium Michael Herbert 'Hot'
Cymbidium Mini Tan 'Tango'
Cymbidium Music Box Dancer 'Ballerina'
Cymbidium One Tree Hill 'Doris'
Cymbidium One Tree Hill 'Doris'
Cymbidium Paradisian Surprise 'Lipstick'
Cymbidium Plush Canyon 'Beenak'
Cymbidium Prolific 'Velda Joy'
Cymbidium Pure Ransom 'Crown Jewel'
Cymbidium Radiant Ruby 'Aussie Gem'
Cymbidium Rinneroon 'Paradisia'
Cymbidium Ruby Brook
Cymbidium Sarah Jean 'Trish'
Cymbidium Stone Free
Cymbidium Strawberry Sunset 'Paradisia'
Cymbidium Ten Pin 'Tee Pee'
Cymbidium Valley Olympic 'Rose'
Cymbidium Winter Fire 'Splash'
Cymbidium Without Peer 'Soft Touch'
Cymbidium Wow Tiger Star
Cymbidium Yowie Rose
Cymbidium aloifolium
Cymbidium atropurpureum
Cymbidium bicolor
Cymbidium borneense
Cymbidium canaliculatum
Cymbidium chloranthum
Cymbidium dayanum
Cymbidium elegans
Cymbidium ensifolium
Cymbidium erythrostylum
Cymbidium finlaysonianum
Cymbidium goeringii var. goeringii
Cymbidium hookerianum
Cymbidium iridioides
Cymbidium lowianum
Cymbidium madidum
Cymbidium rectum
Cymbidium rectum
Cymbidium simulans
Cymbidium sinense
Cymbidium suave
Cymbidium traceyanum
Cymbidium Bega

Media Tanam Sederhana Untuk Menyemai Biji Anggrek

3.8.13



Biji anggrek tidak dapat ditanam pada media biasa, hal ini disebabkan biji anggrek tidak mempunyai lembaga atau cadangan makanan. Oleh karena itu, biji anggrek harus disemai pada media yang mengandung unsur hara yang bisa digunakan oleh benih anggrek untuk segera tumbuh. Pada anggrek terdapat protocorm, yaitu suatu jaringan yang terdapat pada biji anggrek, dimana akar, tunas, dan batang tidak dapat dibedakan. Protocorm ini dapat tumbuh menjadi kecambah asal tersedia cukup unsur hara untuk kebutuhannya.

Jika para pembudidaya anggrek kesulitan dalam memperoleh atau menyusun media tanam biji anggrek yang komplek seperti media Knudson C, Vacin & Went, dll, ada alternatif lain dengan menggunakan media sederhana yang bahan-bahannya sangat mudah didapat disekitar kita. Namun media ini tentunya tidak sebagus media tanam Knudson C.

Dari literatur kami memperoleh ada tiga macam media alternatif sederhana untuk menyemai biji anggrek, yakni:
A. Media Alternatif 1 (Media Pupuk Daun)
Media dari pupuk daun seperti Gandasil, Hyponex, Bayrusil, dll. Pupuk yang dipilih dengan perbandingan N yang lebih tinggi dari unsur lain. Dosis yang dapat digunakan antara 2 -3 gram/liter.Kedalam larutan ini harus ditambahkan lagi pupuk unsur mikro seperti Metalic sebanyak 1 cc/liter, taoge 150 g yang direbus dan diambil airnya atau air kelapa 150 cc/liter, kasein hidrolisat 1 g/l, gula 20 g/l, dan agar seperti pada pembuatan media Knudson C.

B. Media Alternatif 2 (Media Chang)
1. Minyak ikan 1,5 sendok teh
2. Pepton 1 sendok teh
3. Gula pasir 5,5 g
4. Agar-agar 15 g
5. Air bersih 1000 cc
Media ini cocok untuk persemaian Dendrobium, Arachnis, dan Vanda

C. Media Alternatif 3 (Media Alami)
1. Air tomat segar 10 g
2. Air kelapa 1000 cc
3. Agar-agar 15 g


Untuk langkah-langkah dalam menyemai biji anggrek, silahkan lihat disini.

Menanam Biji Anggrek dengan Media Knudson C

28.7.13

buah_anggrek

Knudson C adalah orang yang pertama menanam biji anggrek pada suatu media makanan (tahun 1920). Dengan media makanan hasil formulasinya, maka persentase perkecambahan biji anggrek dapat ditingkatkan sampai dengan 100%, padahal secara alamiah semula hanya 1%. Dengan demikian, lebih banyak hibrida yang dapat dihasilkan. Penanaman biji meliputi prosedur aseptic (suci hama) karena media makanan yang digunakan mengandung gula dan unsure-unsur hara. Bahan-bahan ini juga merupakan media tumbuh yang disenangi oleh cendawan dan bakteri. Apabila keadaannya tidak aseptic maka cendawan atau bakteri akan tumbuh lebih cepat daripada biji sehingga biji akan mati.

Untuk tujuan penanaman biji pada media makanan, buah anggrek sebaiknya jangan dipanen pada waktu sudah merekah, tetapi buah dipetik pada saat sudah berwarna hijau kekuning-kuningan. Maksudnya adalah untuk memudahkan sterilisasi dari biji-biji yang akan ditanam. Sebelum buah dipanen, media makanan harus dipersiapkan dahulu. Beberapa peralatan yang harus dipersiapkan adalah sebagai berikut.

1. Kertas pH (pH indicator) dengan kisaran 4-7
2. Panci enamel dengan pengaduk kayu atau kaca. Ukuran panic minimum dua kali volume media yang akan dimasak.
3. Autoclave atau presto cooker besar.
4. Alat-alat gelas laboratorium: labu takar 1 liter, pipet Pasteur, cawan petri 9 cm dan 12 cm.
5. Botol-botol bersih dengan mulut botol yang tidak terlalu kecil. Mulut botol harus dapat dilalui pinset dan spatula dengan leluasa. Para pengusaha seedling sering menggunakan botol bekas saus tomat.
6. Prop (penutup) botol berupa penutup dari karet hitam atau penutup yang terbuat dari kapas yang dibungkus dengan kain kasa dan diikat pada ujungnya. Aluminium foil juga dapat digunakan untuk menutup mulut botol.
7. Botol-botol besar ukuran 1 liter yang berwarna cokelat untuk menyimpan media stok.
8. Timbangan halus (neraca analitis) sampai satuan milligram.
9. Bahan-bahan penyusun media.
10. HCl 0,1 atau NaOH 0,1 N

Membuat Media Tanam Knudson C

Media knudson C ini memang lebih kompleks, tetapi dapat mendukung pertumbuhan biji dan seedling dengan lebih baik. Media ini sangat tepat untuk menumbuhkan biji-biji anggrek hibrida yang mahal.

Tabel 1. Media Knudson C
Jumlah dan Konsentrasi Larutan dari Masing-masing Komponen
KomponenJumlah liter media Larutan StokJumlah yang di pipet
Kalsium Nitrat Ca(NO3)2.4H2O 1 g 100 g/l100 ml
Monopotasium Fosfat KH2PO4 250 mg 25 g/l10 ml
Magnesium Sulfat MgSO4.7H2O 250 mg 25 g/l10 ml
Amonium Sulfat (NH4)2SO4 500 mg 50 g/l10 ml
Feri Sulfat FeSO4.7H2O 25 mg 2,5 g/l10 ml
Mangan Sulfat MnSO4.4H2O 7,5 mg 750 mg/l10 ml
Unsur-unsur mikro
Asam Borak H3BO3
0,056 mg 56 mg/l*
Asam Molibdat MoO3 0,016 mg 16 mg/l*
Kupri Sulfat (anhydrous) CuSO4 0,040 mg 40 mg/l*
Zinc Sulfat ZnSO4.7H2O 0,331 mg 331 mg/l*
Catatan: *) Semua bahan-bahan mikro dilarutkan dalam 1 liter aquades. Untuk jumlah yang di pipet 1 ml.

a. Bahan yang diperlukan
Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat medua Knudson C tercantum pada tabel 1. Selain bahan yang tercantum dalam table 1, juga perlu ditambahkan bahan-bahan sebagai berikut.
  • Gula : 20 g
  • Akuades untuk menambhkan larutan sampai 1 liter
  • Agar-agar: Agar-agar batangan di pasar: 12 g. Agar-agar bubuk dari pasar: 5 g. Bacto agar yang murni: 8 g

b. Cara Membuat Media
Penimbangan bahan (terutama unsure mikro) untuk membuat media sangat sulit karena jumlahnya kecil. Oleh karena itu, dianjurkan membuat larutan stok yang pekat, lalu dari larutan ini diambil sebagian dan dicampurkan dengan yang lain. Cara demikian dapat menghemat waktu karena tidak perlu setiap kali menimbang bahan-bahan.

Untuk keperluan pembuatan media stok, timbang bahan-bahan seperti yang tertera pada table 1 kemudian larutkan dalam 1 liter dan disimpan dalam botol berwarna. Larutan stok harus disimpan di tempat yang dingin dan tidak terkena sinar matahari langsung. Setelah semua larutan dipipet ke dalam labu takar 1000 cc, tambahkan gula 20 g kemudian tambahkan akuades yang dapat dibeli di took bahan kimia atau apotik sampai tiga perempat penuh (tiga perempat dari tanda tera pada leher labu takar) kemudian pH nya diuji.

Apabila pH kurang dari 5,5 maka ke dalam larutan media diteteskan 5-10 tetes NaOH 0,1 N kemudian dikocok. Nilai pH diukur kembali. Apabila pH terlalu tinggi maka ke dalam media ditambahkan beberapa tetes HCl 0,1 N.

Setelah pH sesuai maka larutan ditepatkan sampai 1 liter. Larutan dituangkan ke dalam panic enamel kemudian ditambahkan agar-agar yang sudah ditimbang. Panaskan larutan sambil diaduk-aduk sehingga agar-agar mencair semua. Dalam keadaan panas, media dituangkan ke dalam botol-botol kultur. Volume media tergantung pada wadah yang digunakan.

Botol kultur kemudian ditutup dan media disterilkan dalam autoclave atau presto cooker pada tekanan 15 – 18 pound per square inch (psi) selama 30 menit. Jika belum digunakan, media yang telah steril disimpan di tempat gelap dan sejuk. Simpanlah media selama satu minggu sebelum digunakan untuk menguji keberhasilan sterilisasi. Bila kurang steril maka media akan ditumbuhi cendawan dan bakteri. Media yang terkontaminasi ini tidak dapat digunakan lagi.

c. Cara Menanam Biji
Untuk menanam biji anggrek diperlukan beberapa alat dan bahan-bahan berikut.
  • Laminar air flow cabinet atau enkast (transfer box).
  • Cawan petri
  • Gelas piala 250 cc dan 500 cc
  • Hand sprayer berisi alcohol 70%
  • Alat-alat diseksi: pisu skapel, gunting, pinset, dan spatula.
  • Akuades steril.
  • Lampu spiritus (bunsen)
  • Alkohol
  • Sodium hipoklorit atai Clorox yang mengandung 5% sodium hipoklorit.

Akuades disterilkan di dalam autoclave bersama alat-alat lainnya. Waktu sterilisasi dapat dipertahankan sampai satu jam. Cawan petri, pinset, pisau skapel, dan gelas piala yang disterilkan digingkus dengan kertas sampul kuning atau dengan aluminium foil.

Langkah penaburan biji anggrek :
  • Biji yang dipanen dicuci bersih dan dibakar sebentar. Kegiatan ini dilakukan di luar kotak semai (entkas)
  • Masukkan buah anggrek dan peralatan kedalam kotak semai (entkas) yang sudah steril. Potong ujung buah dengan blade, keluarkan biji anggrek dengan cara mengerok dan letakkan di cawan petri
  • Campurkan biji anggrek di dalam cawan petri dengan sedikit akuades
  • Ambil biji anggrek di dalam cawan petri dengan pipet, dan semprotkan kedalam botol yang sudah berisi media tanam
  • Botol ditutup rapat
  • Semua kegiatan dilakukan di dalam kotak semai (entkas) dan dalam keadaan steril
  • Botol diberi label dan diletakkan di ruang penyimpanan

Nama Genus | V-W-X-Y-Z

23.7.13

genus anggrek pict

Pada nama genus anggrek dengan huruf depan abjad V-W-X-Y-Z terdapat sekitar 41 genus yang dapat saya catat, diluar angka tersebut masih terdapat beberapa genus yang belum dapat saya ketahui.

Klasifikasi Ilmiah

  • Kerajaan : Plantae
  • Devisi: Magnoliophyta
  • Kelas: Liliopsida
  • Ordo : Asparagales
  • Family : Orchidaceae
  • Genus : seperti tersebut dalam tabel scroll berikut ini

ANGGREK V-W-X-Y-Z


  • Vanda
  • Vandachostylis
  • Vandopsis
  • Vanilla
  • Vargasiella
  • Vascostylis
  • Vasqueziella
  • Ventricularia
  • Vesicisepalum
  • Vexillabium
  • Volkertara
  • Vrydagzynea
  • Vuylstekeara
  • Vyls
  • Wallnoeferia
  • Warasara
  • Warczewiczella
  • Warmingia
  • Warrea
  • Warreella
  • Warreopsis
  • Warscaea
  • Wilsonara
  • Wullschlaegelia
  • Xenikophyton
  • Xerorchis
  • Xiphosium
  • Xylobium
  • Yoania
  • Ypsilopus
  • Zelemnia
  • Zelenkoa
  • Zelenkoara
  • Zeuxine
  • Zootrophion
  • Zygoneria
  • Zygonisia
  • Zygopabstia
  • Zygopetalum
  • Zygosepalum
  • Zygostates

Nama Genus Anggrek | S-T-U

10.7.12

genus anggrek pict

Pada nama genus anggrek dengan huruf depan abjad S-T-U terdapat sekitar 161 genus yang dapat saya catat, diluar angka tersebut masih terdapat beberapa genus yang belum dapat saya ketahui.

Klasifikasi Ilmiah

  • Kerajaan : Plantae
  • Devisi: Magnoliophyta
  • Kelas: Liliopsida
  • Ordo : Asparagales
  • Family : Orchidaceae
  • Genus : seperti tersebut dalam tabel scroll berikut ini

ANGGREK S - T - U


  • Saccoglossum
  • Saccolabiopsis
  • Saccolabium
  • Sacoila
  • Salpistele
  • Sanderella
  • Sarcanthopsis
  • Sarcanthus
  • Sarcochilus
  • Sarcoglottis
  • Sarcoglyphis
  • Sarconopsis
  • Sarcophyton
  • Sarcostoma
  • Sartylis
  • Satyridium
  • Satyrium
  • Saundersia
  • Sauroglossum
  • Scaphosepalum
  • Scaphyglottis
  • Scelochiloides
  • Scelochilus
  • Schiedeella
  • Schistotylus
  • Schizochilus
  • Schizodium
  • Schlimmia
  • Schoenorchis
  • Schomburgkia
  • Schwartzkopffia
  • Scuticaria
  • Sedirea
  • Seidenfadenia
  • Selenipedium
  • Sepalosiphon
  • Serapias
  • Sertifera
  • Sievekingia
  • Sigmatostalix
  • Silvorchis
  • Sinorchis
  • Sirhookera
  • Skeptrostachys
  • Smithorchis
  • Smithsonia
  • Smitinandia
  • Sobennikoffia
  • Sobralia
  • Solenangis
  • Solenidiopsis
  • Solenidium
  • Solenocentrum
  • Sophrocattleya
  • Sophrolaeliocattleya
  • Sophronitella
  • Sophronitis
  • Sophroprosleya
  • Soterosanthus
  • Spathoglottis
  • Specklinia
  • Sphyrarhynchus
  • Sphyrastylis
  • Spiculaea
  • Spiculea
  • Spiranthes
  • Stalkya
  • Stamariaara Noel
  • Stanhopea
  • Staurochilus
  • Stelis
  • Stellamizutaara
  • Stellilabium
  • Stenia
  • Stenocoryne
  • Stenoglottis
  • Stenoptera
  • Stenorrhynchos
  • Stephanothelys
  • Stereochilus
  • Stereosandra
  • Steveniella
  • Stichorkis
  • Stictophyllum
  • Stigmatosema
  • Stolzia
  • Suarezia
  • Summerhayesia
  • Sunipia
  • Sutrina
  • Svenkoeltzia
  • Symphyglossum
  • Synanthes
  • Synarmosepalum
  • Systeloglossum
  • Taeniophyllum
  • Taeniorrhiza
  • Tainia
  • Tangtsinia
  • Tapeinoglossum
  • Taprobanea
  • Telipogon
  • Tetragamestus
  • Tetramicra
  • Teuscheria
  • Thaia
  • Thecopus
  • Thecostele
  • Thelasis
  • Thelychiton
  • Thelymitra
  • Thelyschista
  • Thrixspermum
  • Thulinia
  • Thunia
  • Thwaitesara
  • Thysanoglossa
  • Ticoglossum
  • Tipularia
  • Tolumnia
  • Townsonia
  • Trachyrhizum
  • Traunsteinera
  • Trevoria
  • Trias
  • Triceratorhynchus
  • Trichocentrum
  • Trichoceros
  • Trichoglottis
  • Trichopilia
  • Trichosalpinx
  • Trichosma
  • Trichotosia
  • Trichovanda Thai Velvet 'Meechai'
  • Tridactyle
  • Trigonidium
  • Triphora
  • Trisetella
  • Trizeuxis
  • Tropidia
  • Trudelia
  • Tsaiorchis
  • Tuberolabium
  • Tubilabium
  • Tulotis
  • Twuara Little Tiger
  • Tylostigma
  • Uleiorchis
  • Uncifera
  • Unknown
  • Urostachya

Media Tanam Kultur Jaringan

29.6.12



Media tanam adalah faktor penentu dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan bergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, bergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf.

Jenis dan komposisi media sangat mempengaruhi besarnya daya tahan eksplan untuk hidup pada media tersebut, sedangkan zat pengatur tumbuh Auksin dan Sitokinin endogen yang terdapat pada eksplan berpengaruh terhadap besarnya penyerapan zat makanan yang tersedia dalam media kultur sehingga eksplan dapat bertahan hidup lebih lama.

Bila pertumbuhan eksplan baik maka dapat meningkatkan daya tahan hidup eksplan. Media dalam kultur jaringan tanaman umumnya terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut: hara makro, hara mikro, vitamin, asam amino atau suplemen nitrogen lainnya, gula, bahan organik komplek, bahan pemadat (agar), dan zat pengatur tumbuh (hormon).

Beberapa formulasi media yang sudah umum digunakan dalam banyak pekerjaan kultur jaringan antara lain adalah media White, Murashige & Skoog (MS), Gamborg et al. (B5), Gautheret, Schenk & Hilderbrandt (SH), Nitch & Nitch, Lloyd & McCown (WPM) dll. Media MS, SH dan B5 merupakan media yang kaya garam-garam makro. Berikut penjelasan dari masing-masing komposisi media tersebut :

1. Hara Makro

Unsur hara makro terdiri dari enam unsur utama yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sel dan jaringan tanaman, yaitu: nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan sulfur (S). Konsentrasi optimum yang dibutuhkan untuk mencapai pertumbuhan maksimum bervariasi diantara jenis tanaman.

Media kultur harus mengandung sedikitnya 25-60 mM nitrogen anorganik untuk pertumbuhan sel tanaman. Sel-sel tanaman mungkin dapat tumbuh pada sumber N dari nitrat saja, tetapi diketahui bahwa pertumbuhan yang lebih baik adalah apabila mengandung nitrat dan amonium. Nitrat yang disediakan umumnya berkisar 25-40 mM, konsentrasi amonium berkisar antara 2-20 mM. Akan tetapi untuk beberapa spesies tanaman konsentrasi amonium > 8 mM akan menghambat pertumbuhan sel. Sel-sel dapat tumbuh dalam media kultur yang hanya mengandung amonium sebagai sumber nitrogen jika satu atau lebih terdapat asam-asam yang terlibat dalam siklus TCA (seperti sitrat, suksinat, atau malat) juga terdapat dalam media pada konsentrasi sekitar 10 mM. Apabila nitrat dan amonium sebagai sumber nitrogen digunakan bersama dalam media maka ion-ion amonium akan digunakan lebih cepat dibandingkan dengan ion-ion nitrat. Kalium dibutuhkan untuk pertumbuhan sel bagi sebagian besar spesies tanaman.

Umumnya media mengandung kalium (dalam bentuk nitrat atau klorida) pada konsentrasi 20-30 mM. Konsentrasi optimum untuk unsur P, Mg, S dan Ca berkisar antara 1-3 mM. Konsentasi yang lebih tinggi dari hara-hara tersebut mungkin diperlukan jika terjadi defisiensi dari hara yang lain.

2. Hara Mikro

Unsur hara mikro yang paling dibutuhkan untuk petumbuhan sel dan jaringan tanaman mencakup besi (Fe), mangan (Mn), seng (Zn), boron (B), terusi (Cu) dan molibdenum (Mo). Besi dan seng yang digunakan dalam pembuatan media harus dalam bentuk yang ter ”chelate”. Besi adalah yang paling kritis diantara semua hara mikro. Besi sitrat dan tartrat dapat digunakan untuk media kultur, tetapi senyawa ini sulit untuk larutdan biasanya akan terpresipitasi setelah media dibuat. Masalah ini dipecahkan oleh Murashige & Skoog dengan men ”chelate” besi dengan menggunakan asam etilen diamintetraasetik (EDTA).

Kobal (Co) dan iodin (I) juga dapat ditambahkan dalam media tetapi kebutuhan yang jelas untuk pertumbuhan sel belum diketahui. Natrium (Na) dan klorida (Cl) juga digunakan pada beberapa media tetapi tidak begitu penting untuk pertumbuhan sel. Konsentrasi Cu dan Co yang biasanya ditambahkan pada media sekitar 0.1 µM, Fe dan Mo 1 µM, I 5µM, Zn 5-30 µM, Mn 20-90 µM, dan B 25-100 µM.

3. Karbon dan Sumber Energi

Sumber karbohidrat yang biasanya digunakan dalam media kultur adalah sukrosa. Glukosa dan fruktosa dalam beberapa hal dapat digunakan sebagai pengganti sukrosa, dimana glukosa mempunyai efektivitas yang sama dengan sukrosa dibanding dengan fruktosa. Karbohidrat lain yang pernah dicobakan adalah laktosa, galaktosa, rafinosa, maltosa dan pati, tetapi semua karbohidrat tersebut umumnya mempunyai hasil yang kurang baik dibandingkan sukrosa atau fruktosa. Konsentrasi sukrosa normal dalam media kultur berkisar antara 2 dan 3%. Karbohidrat harus tersedia dalam media kultur karena sangat sedikit sel dari jenis tanaman yang diisolasi dapat bersifat autotropik, yaitu kemampuan menyediakan kebutuhan karbohidrat sendiri melalui asimilasi CO2 selama proses fotosintesa. Sukrosa dalam media kultur secara cepat akan diurai menjadi fruktosa dan glukosa. Glukosa adalah yang pertama digunakan oleh sel, diikuti oleh fruktosa. Saat media disterilisasi dengan autoclave, sebagian sukrosa akan mengalami hidrolisa. Apabila sukrosa yang diautoklap ada bersama komponen media lain maka proses hidrolisa akan lebih besar. Kultur dari beberapa spesies tanaman akan tumbuh baik pada media yang sukrosanya diautoklap dibandingkan dengan media yang sukrosanya disterilisasi dengan filter. Hal ini dimungkinkan akan menguntungkan sel-sel karena tersedianya glukosa dan fruktosa.

4. Vitamin

Pada beberapa media kultur juga sering ditambahkan vitamin-vitamin seperti biotin, asam folat, asam askorbat, asam panthotenat, vitamin E (tokoperol), riboflavin, dan asam p-aminobenzoik. Meskipun vitamin-vitamin tersebut bukan merupakan faktor pembatas pertumbuhan, tetapi sering memberikan keberhasilan dalam kultur sel dan jaringan tanaman. Biasanya penambahan vitamin-vitamin tersebut ke dalam media dilakukan apabila konsentrasi thiamin dianggap dibawah taraf yang diinginkan atau apabila jumlah populasi sel-sel yang tumbuh masih rendah.

5. Asam Amino dan Sumber Nitrogen Lainnya

Sumber nitrogen organik yang paling banyak digunakan dalam media kultur adalah asam amino campuran (casein hidrolisat), L-glutamin, L-asparagin, dan adenin. Casein hidrolisat umumnya digunakan pada konsentrasi antara 0.05-0.1%. Asam amino biasanya ditambahkan pada media terdiri dari beberapa macam, karena sering diperoleh bahwa penambahan satu jenis asam amino saja justru dapat menghambat pertumbuhan sel. Contoh penambahan asam amino dalam media untuk meningkatkan pertumbuhan sel adalah glisin 2 mg/L, glutamin hingga 8mM, asparagin 100 mg/L, arginin dan sistein 10 mg/L, dan tirosin 100 mg/L. Adenin sulfat juga sering ditambahkan pada media kultur yang fungsinya dapat menstimulir pertumbuhan sel dan meningkatkan pembentukan tunas.

6. Bahan Organik Komplek

Arang aktif (activated charcoal) juga sering digunakan pada media kultur. Beberapa hasil penelitian menunjukkan pengaruh yang menguntungkan dan juiga dapat merugikan. Pada kultur beberapa tanaman seperti anggrek, bawang, wortel dan tomat dapat menstimulir pertumbuhan dan diferensiasi, tetapi pada kultur tanaman tembakau, kedelai dan teh justru akan menghambat pertumbuhan. Pengaruh arang aktif umumnya diarahkan pada salah satu dari tiga hal berikut: penyerapan senyawa-senyawa penghambat, penyerapan zat pengatur tumbuh atau menggelapkan warna media. Penghambatan pumbuhan karena kehadiran arang aktif umumnya karena arang aktif dapat menyerap ZPT. NAA, kinetin, BAP, IAA dan 2iP semuanya dapat terikat oleh artang aktif.

IAA dan 2iP merupakan ZPT yang paling cepat terikat oleh arang aktif. Arang aktif dapat menstimulasi pertumbuhan sel umumnya karena kemampuan arang aktif mengikat senyawa fenol yang bersifat toksik yang diproduksi biakan selama dalam kultur. Konswentrasi aArang aktif yang ditambahkan kedalam media kultur umumnya sebanyak 0.5-3%.

7. Bahan Pemadat dan Penyangga Biakan

Media kultur jaringan tanaman dapat dibuat padat atau semi padat, yaitu dengan penambahan bahan pemadat berupa agar. Dibandingkan bahan pemadat lain, agar mempunyai beberapa keuntungan, yaitu (i) saat dicampur dengan air, agar akan terbentuk bila dilelehkan pada suhu 60o-100oC dan memadat pada suhu 45oC; (ii) gel agar bersifat stabil pada suhu inkubasi; (iii) agar gel tidak bereaksi dengan komponen dalam media dan tidak dicerna oleh ensim tanaman. Kualitas fisik agar dalam media kultur tergantung pada konsentrasi dan merek agar yang diguinakan serta pH media. Konsentrasi agar yang digunakan dalam media kultur berkisar antara 0.5-1%, dengan catatan pH media sesuai dengan aturan. Penggunaan arang aktif (0.8-1%) dapat mempengaruhi kepadatan agar yang terbentuk.

Kemurnian agar yang digunakan dalam media kultur juga merupakan faktor yang penting. Agar yang mengandung garam-garam Ca, Mg, K dan Na dapat mempengaruhi ketersediaan hara dalam media. Oleh karena itu penggunaan agar yang murni sangat diperlukan terutama untuk tujuan percobaan. Untuk memurnikan agar dapat dilakukan dengan cara mencuci dengan air destilasi selama 24 jam kemudian dibilas dengan ethanol dan dikeringkan pada suhu 60oC selama 24 jam.
Bahan pemadat lain yang pernah dicobakan adalah gelatin pada konsentrasi 10%, akan tetapi terdapat kesulitan karen gelatin meleleh pada suhu 25oC. Methosel dan alginat juga pernah dicobakan sebagai bahan pemadat media, tetapi kedua bahan tersebut sulit penanganannya serta harganya cukup mahal. Bahan lain yang dapat digunakan adalah agarose (konsentrasi 0.35-0.7%), dimana jenis agar ini banyak digunakan pada pekerjaan teknik kultur protoplas. Saat ini bahan pemadat yang banyak digunakan adalah agar sintetik yaitu Phytagel (produk Sigma Chemical) dan Gelrite (produk Kelco Corp.). Agar jenis ini hanya digunakan 2-2.5 g/L dan menghasilkan gel yang bening yang cocok untuk mendeteksi ada tidaknya kontaminan.

Gel agar juga berfungsi sebagai penopang agar biakan atau eksplan yang ditanam dalam media tetap pada tempatnya (tidak bergerak atau berpindah). Metoda lain yang dapat digunakan untuk penopang atau penyangga biakan adalah jembatan kerta filter (filter paper bridges), sumbu kertas filter (filter paper wick), busa poliuretran, celophane berlubang dan poliester. Apakah eksplan akan tumbuih lebih baik pada media agar atau dengan penyangga, tergantung dari spesies tanaman yang dikulturkan.

8. Zat Pengatur Tumbuh

Terdapat empat klas zat pengatur tumbuh (ZPT) yang penting dalam kultur jaringan tanaman, yaitu: auksin, sitokinin, giberelin dan asam absisik. Skoog dan Miller adalah yang pertama melaporkan bahwa perbandingan auksin dan sitokinin menentukan jenis dan berapa besar proses organogenesis dalam kultur jaringan tanaman. Auksin dan sitokinin yang ditambahkan kedalam media kultur mempunyai tujuan untuk mendapatkan morfogenesis, meskipun perbandingannya untuk mendapatkan induksi akar dan tunas bervariasi baik ditingkat genus, spesies bahkan kultivar.
Sitokinin yang ditrambahkan dalam media kultur umumnya ditujukan untuk menstimulasi pembelahan sel, menginduksi pembentukan tunas dan proliferasi tunas aksiler, dan untuk menghambat pembentukan akar. Mekanisme kerja sitokinin tidak secara pasti diketahui, namun demikian beberapa senyawa yang mempunyai aktivitas mirip sitokinin diketahui terlibat dalam transfer-RNA (t-RNA). Sitokinin juga menunjukkan dapat mengaktivasi sintesa RNA dan menstimulasi aktivitas protein dan enzim pada jaringan tertentu.

Menurut George dan Sherington (1984) ada media dasar yang pada umumnya diberi nama sesuai dengan nama penemunya, antara lain:

1. Medium dasar Murashige dan Skoog (MS), digunakan hamper pada semua macam tanaman terutama herbaceous. Media ini memiliki konsentrasi garam-garam mineral yang tinggi dan senyawa N dalam bentuk NO3- dan NH4+.

2. Medium dasar B5 atau Gamborg, digunakan untuk kultur suspense sel kedelai, alfafa dan legume lain.

3. Medium dasar white, digunakan untuk kultur akar. Medium ini merupakan medium dasar dengan konsentrasi garam-garam mineral yang rendah.

4. Medium Vacint Went (VW), digunakan khusus untuk medium anggrek.

5. Medium dasar Nitsch dan Nitsch, digunakn untuk kultur tepung sari (Pollen) dan kultur sel.

6. Medium dasar schenk dan Hildebrandt, digunakan untuk tanaman yang berkayu.

7. Medium dasar Woody Plant Medium (WMP), digunakan untuk tanamn yang berkayu.

8. Medium dasar N6, digunakan untuk tanaman serealia terutama padi, dan lin-lain.

Berikut ini adalah perbandingan komposisi beberapa media kultur jaringan, yaitu diantaranya:

1. Media Murashige & Skoog (media MS)

Media MS paling banyak digunakan untuk berbagai tujuan kultur, merupakan perbaikan komposisi media Skoog, Pertama kali unsur-unsur makro dalam media MS dibuat untuk kultur kalus tembakau, tetapi komposisi MS ini sudah umum digunakan untuk kultur jaringan jenis tanaman lain Media MS mengandung 40 mM N dalam bentuk NO3 dan 29 mM N dalam bentuk NH4+. Kandungan N ini, lima kali lebih tinggi dari N total yang terdapat pada media Miller, 15 kali lebih tinggi dari media tembakau Hildebrant, dan 19 kali lebih tinggi dari media White. Kalium juga ditingkatkan sampai 20 mM, sedangkan P, 1.25 mM. Unsur makro lainnya konsemtrasinya dinaikkan sedikit. Pada tahun-tahun sesudah penemuan media MS, dikembangkan media-media lain berdasarkan media MS tersebut, antara lain media : 1. Lin & Staba, menggunakan media dengan setengah dari komposisi unsur makro MS, dan memodifikasi : 9 mM ammonium nitrat yang seharusnya 10mM, sedangkan KH2 PO4 yang dikurangi menjadi 0.5 Mm, tidak 0.625 mM. Larutan senyawa makro dari media Lin & Staba, kemudian digunakan oleh Halperin untuk penelitian embryogenesis kultur jaringan wortel dan juga digunakan oleh Bourgin & Nitsch (1967 dalam Gunawan 1988) serta Nitsch & Nitsch (1969 dalam Gunawan 1988) dalam penelitian kultur anther.

Modifikasi media MS yang lain dibuat oleh Durzan et alI (1973 dalam Gunawan 1988) untuk kultur suspensi sel white spruce dengan cara mengurangi konsentrasi K+ dan NO3-, dan menambah konsentrasi Ca2+ nya. 3. Chaturvedi et al (1978) mengubah media MS dengan menurunkan konsentrasi NO3-, K+, Ca2+, Mg2+ dan SO4-2 untuk keperluan kultur pucuk Bougainvillea glabra.

2. Media Gamborg B5 (media B5)

Pertama kali dikembangkan untuk kultur kalus kedelai dengan konsentrasi nitrat dan amonium lebih rendah dibandingkan media MS. Untuk selanjutnya media B5 dikembangkan untuk kultur kalus dan suspensi, serta sangat baik sebagai media dasar untuk meregenerasi seluruh bagian tanaman.. Pada masa ini media B5 juga digunakan untuk kultur-kultur lain. Media ini dikembangkan dari komposisi PRL-4, media ini menggunakan konsentrasi NH4+ yang rendah, karena konsentrasi yang lebih tinggi dari 2 mM menghambat pertumbuhan sel kedelai. Fosfat yang diberikan setelah 1 mM, Ca2+ antara 1-4 mM, sedangkan Mg2+ antara 0.5-3 mM (Gamborg et al, 1968).

3. Media Schenk & Hildebrant (media SH)

Merupakan media yang juga cukup terkenal, untuk kultur kalus tanaman monokotil dan dikotil (Trigiano & Gray, 2000). Konsentrasi ion-ion dalam komposisi media SH sangat mirip dengan komposisi pada media Gamborg dengan perbedaan kecil yaitu level Ca2+, Mg2+, dan PO4-3 yang lebih tinggi. Schenk & Hildebrant mempelajari pertumbuhan jaringan dari 37 jenis tanaman dalam media SH dan mendapatkan bahwa: 32 % dari spesies yang dicobakan, tumbuh dengan sangat baik, 19% baik, 30% sedang, 14% kurang baik, dan 5% buruk pertumbuhannya. Tetapi karena zat tumbuh yang diberikan pada tiap jenis tanaman tersebut berbeda. Media SH ini cukup luas penggunaannya, terutama untuk tanaman legume.

4. Media WPM (Woody Plant Medium)

Dikembangkan oleh Lioyd & Mc Coen pada tahun 1981, merupakan media dengan konsentrasi ion yang lebih rendah dari media MS. Media diperuntukkan khusus tanaman berkayu, dan dikembangkan oleh ahli lain, tetapi sulfat yang digunakan lebih tinggi dari sulfat pada media WPM. Saat ini WPM banyak digunakan untuk perbanyakan tanaman hias berperawakan perdu dan pohon-pohon.

5. Media Nitsch & Nitsch

Menggunakan NO3- dan K+ dengan kadar yang cukup tinggi untuk mengkulturkan jaringan tanaman artichoke Jerussalem. Penambahan ammonium khlorida sebanyak 0.1 mM, menghasilkan pertumbuhan jaringan yang menurun. Mereka mengambil kesimpulan, bahwa NH4+ sangat menunjang pertumbuhan kalus tembakau (Miller et al, (1956 dalam Gunawan 1988).

6. Media Knop

Dapat juga digunakan untuk menumbuhkan kalus wortel. Kultur kalus, biasanya ditumbuhkan pada media dengan kosentrasi garam-garam yang rendah seperti dalam kultur akar dengan penambahan suplemen seperti glucosa, gelatine, thiamine, cysteine-HCl dan IAA (Dodds and Roberts, 1983)

7. Media White

Dikembangkan oleh Hildebrant untuk keperluan kultur jaringan tumor bunga matahari, ditemukan bahwa unsur makro yang dibutuhkan kultur tersebut, lebih tinggi dari pada yang dibutuhkan oleh kultur tembakau. Unsur F, Ca, Hg dan S, pada media untuk tumor bunga matahari ini, sama dengan media untuk jaringan normal yang dikembangkan kemudian.

Konsentrasi NO3- dan K+ yang digunakan Hildebrant ini lebih tinggi dari media white, tetapi masih lebih rendah dari pada media-media lain yang umum digunakan sekarang.

8. Media Knudson dan media Vacin and Went

Media ini dikembangkan khusus untuk kultur anggrek. Tanaman yang ditanam di kebun dapat tumbuh dengan baik dengan pemupukan yang hanya mengandung N dari Nitrat. S Knudson pada tahun 1922, menemukan penambahan 7.6 mM NH4+ disamping 8.5 mM NO3-, sangat baik untuk perkencambahan dan pertumbuhan biji anggrek. Penambahan NH4+ ternyata dibutuhkan untuk perkembangan protocorm.

9. Media B5(Gamborg)

Dalam metode kultur in vitro dikenal beberapa macam jenis media dasar diantaranya media Murashige dan Skoog (MS) dan Gamborg (B5). Media B5 dikembangkan oleh Gamborg et al. pada tahun 1968 untuk kultur suspensi kedelai. Pertama kali dikembangkan untuk kultur kalus kedelai dengan konsentrasi nitrat dan amonium lebih rendah dibandingkan media MS. Untuk selanjutnya media B5 dikembangkan untuk kultur kalus dan suspensi, serta sangat baik sebagai media dasar untuk meregenerasi seluruh bagian tanaman. Pada masa ini media B5 juga digunakan untuk kultur-kultur lain.

Media ini dikembangkan dari komposisi PRL-4, menggunakan konsentrasi NH4+ yang rendah, karena konsentrasi yang lebih tinggi dari 2 mM menghambat pertumbuhan sel kedelai. Tetapi peneliti lain melaporkan bahwa konsentrasi NH4+ yang tinggi sampai 20 mM berpengaruh baik dalam kultur jaringan seperti pada kultur kalus tembakau Konsentrasi fosfat yang diberikan pada media tersebut adalah 1mM , Ca+ antara 1-4 mM, dan Mg antara 0,5-4 mM lebih mengutamakan kandungan ammonium dibandingkan media MS.

Meskipun media B5 pada awalnya digunakan untuk menginduksi kalus atau diutamakan sebagai kultur suspensi, tetapi dapat digunakan pula sebagai media dasar bagi perbanyakan tanaman pada umumnya. Gamborg (1991) menyatakan bahwa kadar hara anorganik yang dikandung media dasar Gamborg (B5) umumnya lebih rendah dari pada media dasar MS. Hal tersebut sering kali lebih baik bagi sel spesies tertentu. Untuk selanjutnya media B5 dikembangkan untuk kultur kalus dan suspensi, serta sangat baik sebagai media dasar untuk meregenerasi seluruh bagian tanaman.

Sumber Literatur :

http://mediakulturjaringan.blogspot.com/2010/08/kultur-jaringan.html

http://www.fp.unud.ac.id/biotek/kultur-jaringan-tanaman/

Indah Pratiwi,dkk. 2009. Penggunaan Jenis Media Dasar Dan Kinetin Untuk Induksi Organogenesis Anthurium Gelombang Cinta (Anthurium plowmanii) Secara In Vitro. Bogor: Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB

Leo, Anjar Kusuma. 2010. Kultur Jaringan Tanaman Jarak Pagar.

Pierik, R.L.M. 1987. In vitro culture of higher plants. Martinus Nijhoof of Publishers. Neteherland.

Tags :

Manfaat Kultur Jaringan Untuk Perbanyakan Anggrek



Dibandingkan dengan bermacam cara perbanyakan tanaman anggrek, teknik kultur jaringan memiliki banyak keunggulan, diantaranya adalah :

1. Perbanyakan secara cepat dari klon

Kecepatan multiplikasi sebanyak 5 akan memberikan 2 juta plantlet dalam 9 generasi yang memerlukan waktu 9 – 12 bulan. Jika perbanyakan menggunakan teknik vegetatif konvensional, atau biji maka dalam kurun waktu yang sama hasil perbanyakan yang di dapat jauh dibawah teknik kultur jaringan,

2. Keseragaman genetik

Karena kultur jaringan merupakan perbanyakan vegetatif, rekombinasi karakter genetik acak yang umum terjadi pada perbanyakan seksual melalui biji, dapat dihindari. Karenanya, anakan yang dihasilkan bersifat identik. Akan tetapi, mutasi dapat terjadi pada kultur jaringan pada saat sel bermultiplikasi, terutama pada kondisi hormon dan hara yang tinggi. Mutasi genetik pada masa multiplikasi vegetatif ini disebut ‘variasi somaklonal’. Dengan keseragaman genetik maka akan didapat anakan tanaman anggrek yang seragam dalam ukuran dan sifat tanaman.

3. Tanaman bebas pathogen

Proses kultur jaringan memerlukan kondisi aseptik, sehingga pemeliharaan kultur tanaman dalam kondisi aseptik memberi bahan tanaman yang bebas pathogen

4. Seleksi tanaman

Adalah memungkinkan untuk memiliki tanaman anggrek dalam jumlah besar pada wadah kultur yang relative kecil. Seperti telah disebutkan sebelumnya, variasi genetik mungkin terjadi. Juga, adalah memungkinkan untuk memberi perlakuan kultur untuk meningkatkan kecepatan mutasi. Perlakuan dengan bahan kimia (bahan mutasi, hormon) atau fisik (radiasi) dapat digunakan.

5. Stok mikro

Memelihara stok tanaman dalam jumlah besar mudah dilakukan pada in vitro culture. Stok induk biasanya dipelihara in vitro, dan stek mikro diambil untuk diakarkan di kultur pengakaran atau dengan perbanyakan biasa.

6. Lingkungan terkontrol

7. Konservasi genetik

Kultur jaringan dapat digunakan untuk menyelamatkan spesies tanaman yang terancam (rare and endangered species). Metode dengan pemeliharaan minimal, penyimpanan jangka panjang telah dikembangkan.

8. Penyelamatan hibrida

Teknik kultur jaringan dapat digunakan untuk menyelamatkan hibrida dari spesies yang tidak kompatibel melalui kultur embrio atau kultur ovule.

9. Menghasilkan tanaman haploid

Melalui kultur anther dapat diperoleh tanaman haploid.

10. Produksi tanaman sepanjang tahun.

11. Solusi untuk tanaman yang sulit dikembangkan

Perbanyakan vegetatif untuk spesies yang sulit diperbanyak secara normal dapat dilakukan melalui kultur jaringan.