Cattleya aurantiaca

<i>Cattleya aurantiaca</i>

Vanda tricolor

<i>Vanda tricolor</i>

Coelogyne pandurata

<i>Coelogyne pandurata</i>

Phalaenopsis amabilis

<i>Phalaenopsis amabilis</i>

Tata Cara Pemberian Nama Ilmiah Anggrek | Nomenclature

24.3.12

Penamaan (nomenklatur) merupakan terjemahan dari kata Nomenclature yang berasal dari bahasa latin yaitu : nomen (nama) dan clature (menyebut). Jadi penamaan berarti menyebut nama dan memberi nama kepada semua organisme dalam berbagai takson (tingkatan). Nama untuk makhluk hidup sebetulnya telah diberi semenjak dahulu kala. Nama yang diberikan itu adalah nama dalam bahasa induk orang yang memberi nama, dengan demikian nama yang diberikan untuk satu jenis organisme berbeda-beda sesuai dengan bahasa orang yang memberikannya.

Setiap jenis tumbuhan memilki nama lokal di daerah asal atau di daerah tempat tumbuhan tersebut ditanam. Berbagai usaha telah dilakukan untuk mengatasi keragaman tersebut. Pemberian nama kepada suatu jenis tumbuhan harus memenuhi tata cara yang ada. Tata cara ini diatur dalam International Code of Botanical Nomenclature (ICBN). ICBN merupakan hasil keputusan-keputusan yang diambil dalam kongres internasional yang dilangsungkan secara periodic.Kongres I berlangsung diparis pada tahun 1867.Gagasan ini diprakarsai oleh ahli sistematik Alphonse de Candolle.

Yang perlu diketahui dalam tata cara pemberian nama ini adalah kesepakatan bahwa nama suatu jenis (spesies) tumbuhan hendaknya ditulis dalam bahasa Latin, atau bahasa lain yang telah dilatinkan. Aspek lain yang perlu dikemukakan ialah bahwa setiap nama jenis tumbuhan terdiri atas dua kata. Sistem ini disebut Binomial. Yang dikemukakan pertama kali oleh Carolus Linneaus (nama aslinya Carl Non linne). Sebelum dikemukakan sistem binomial, orang memberikan nama pada jenis tumbuhan dengan menggunakan lebih dari dua kata. Sebagai contoh, suatu jenis tumbuhan pernah dikenal dengan nama Lychnis alpine linifolia multiflora, artinya si Lychnis yang tumbuh dikawasan pegunungan, berakar banyak, berdaun halus menyerupai rami, dan berbunga banyak (Naiola, 1986).

Contoh pemberian nama sistem binomial pada anggrek: Phalaenopsis amabilis, Coelogyne pandurata. Kata Phalaenopsis menunjukan nama marga (genus), sedangkan kata kedua amabilis menerangkan julukan jenis atau specific ephitet (species). Demikian pula Coelogyne pandurata, Coelogyne menunjukan marga (genus), dan pandurata menunjukkan jenis (species). Kata yang menerangkan marga (genus) ini dimulai dengan huruf capital (huruf besar), dan julukan jenisnya (species) diawali dengan huruf kecil, serta penulisannya harus miring atau diberikan garis bawah. Pemberian garis bawah harus terpisah antara nama yang menunjukan marga dan nama yang menunjukan spesies. Contoh tata cara penulisan nama ilmiah dari anggrek hitam adalah Coelogyne pandurata atau Coelogyne pandurata.

Adakalanya ditemui julukan jenis yang terdiri atas dua kata. Bila ini terjadi, maka diantara dua kata tersebut diberi garis penghubung. Contoh, jagung jail diberi nama Coix lacryma-jobi, Echinochloa crus-galli, Passiflora van-voxemii. Julukan jenis (misalnya indica, papaya, mays) dapat diambil dari sumber apa saja dan disusun tanpa terikat pada suatu kaidah. Ada yang menerangkan warna bagian/organ tertentu jenis tersebut (putih=alba, merah=ruba, ungu=purpureum), ada yang diberikan untuk mengabadikan nama seorang tokoh. Beberapa contoh penamaan dengan menggunakan nama tokoh-tokoh tertentu, Gossampinus valetonnii, Metroxylon rumphii, Alphonsea teijsmannii, Casuarina junghuhniana, dan Cymbidium hartinahianum. Valeton adalah seorang botanis yang pernah menjabat sebagai kepala Kebun Raya Bogor tahun 1930-an; Rumphius adalah seorang serdadu Belanda (Kompeni) pada abad XVI, tetapi karena begitu tertariknya kepada dunia botani, ia menjadi botanis dan terkenal melalui karya-karyanya teutama flora-flora Maluku; Teijsmann, seorang Kurator Kebun Raya (1832-1856); Junghuhn terkenal sebagai orang yang pertama kali membawa tanaman kina ke Indonesia dari Amerika Selatan; dan Hartinah adalah nama Ibu Negara (Ny. Tien Soeharto). Namanya diabadikan pada sejenis anggrek liar mungil (Cymbidium hartinahianum) yang ditemukan oleh botanis Indonesia Drs. Rusydi E. Nasution, M.Sc. bersama J.B. Comber di kawasan Sumatera Utara.

Selain tokoh, sering pula dijumpai nama julukan spesies yang menunjukan tempat asal/penyebaran atau tempat untuk pertama kali jenis tersebut ditemukan secara botanis. Misalnya Coelogyne celebensis (pertamakali ditemukan oleh botanis di sulawesi), Musa lolodensis (sejenis pisang liar di Halmahera; loloda merupakan salah satu nama desa), Aleurites moluccana (Maluku), Casuarina papuana (Irian), Annona senegalensis (senegal), dan sebagainya. Tidak jarang pula nama local jenis dipakai sebagai nama julukan jenis. Misalnya sagu, Metroxylon sagu; burahol, Stelecocarpus burahol; rukem, Flacourtia rukem.Nama sagu, burahol, rukem merupakan istilah lokaldaerah di Indonesia yang sudah lama dipakai sehari-hari.

Pada beberapa nama binomial suatu jenis tumbuhan, terdapat satu atau beberapa singkatan nama. Misalnya, Oryza sativa L, Pangium edule Reinw, Annona senegalensis Pers., Salacca magnifica Mogea, Ananas comosus Merr., Artocarpus heterophyllus Lam., Durio zibethinus Murr., Bouea macrophylla Griff. Singkatan-singkatan ini menerangkan nama dari para pengarang/penyandra yang memberikan nama botani kepada jenis-jenis tersebut. L, adalah singkatan dari Linneaus, Reinw.dari Reinwardt, J.B. Comb. dari J.B. Comber, R.E. Nas. dari R.E. Nasution, Pers. dari Persoon, Mogea dari Johanis Palar Mogea, Merr dari Merril, Lam. Dari Lamarck, Murr. Dari Murray, Griff. Dari Griffith.

Adakalanya dijumpai pula lebih dari satu singkatan seperti Colocasia esculenta (L) Schott, Lagenaria siceraria (Molina) Standl.,Stelecocarpus burahol (Bl.) Hook.f. & Thoms. Singkatan didalam kurung menerangkan nama pengarang sebelumnya. L, Linneaus; Bl., Blume; Molina. Perkembangan ilmu sistematik botani menyebabkan adanya perbaikan dalam kedudukan jenis tersebut, sehingga mengalami perbaikan atau perubahan nama. Nama orang (-orang) yang melakukan revisi ini diletakan dibelakang kurung, misalnyaSchott, Standl. (Standley), Hook f. Hooker Filius.

Kadang kala dijumpai pula suatu nama tambahan dibelakang nama jenis. Ini dapat berupa subspecies (subsp.) anak jenis, varietas (var.) atau forma (f.). ini merupakan kelompok-kelompok dibawah jenis (spesies). Sebagai contoh Beta vulgaris L. subsp. Vulgaris, Citrus aurantium L. var. sinensis L. dan Oryza sativa L. forma glutinosa.

Ketentuan lain yang perlu dikemukakan adalah adanya konsensus bahwa nama marga (genus) dan jenis yang diketik atau ditulis tangan diberi garis bawah tetapi tidak termasuk nama (--nama) pengarangnya. Bila dicetak dalam terbitan, maka nama-nama marga dan jenis, dicetak dengan huruf-huruf yang lain dari benmtuk umum yang dipakai dalam penerbitan tersebut, misalnya cetak miring bila huruf umumnya dicetak tegak.

Ketentuan dalam pemberian nama-nama takson adalah menurut tingkatnya (kategori).

1. Nama jenis (spesies) Baik tumbuhan atau hewan nama ilmiah takson pada tingkat (kategori) yang paling rendah, jenis harus bersifat ganda (terdiri atas 2 kata), berbentuk tunggal dan dalam bahasa latin atau bahasa lain yang sudah dilatinkan. Kata pertama merupakan nama genus (marga) dan kata kedua sebutan jenis (epitheton specificum).
Contoh :
  • Phalaenopsis amabilis (Phalaenopsis = genus ; amabilis = sebutan jenis)
  • Coelogyne pandurata (Coelogyne = genus ; pandurata = sebutan jenis).

Huruf pertama nama genus harus dengan huruf besar, sedangkan huruf yang lainnya termasuk sebutan jenis semua ditulis dengan huruf kecil. Sebutan jenis tidak boleh terdiri atas kata yang merupakan ulangan yang sama (kata pertama) atau hampir sama dengan marga ini untuk tumbuhan, tetapi nama hewan masih dibenarkan, seperti nama ilmiah untuk ayam adalah Gallus gallus. Penulisan nama jenis harus di garis bawahi atau dicetak dengan huruf miring.

2. Nama marga (genus). Bagi tumbuhan atau hewan, nama marga terdiri atas satu kata benda berbentuk tunggal. Huruf pertama ditulis dengan huruf besar dan huruf yang berikutnya dengan huruf kecil, dan seluruh huruf dalam kata itu dicetak miring atau di garis bawahi.
Contoh :
  • Phalaenopsis atau Phalaenopsis
  • Coelogyne atau Coelogyne

3. Nama suku (familia). Nama suku merupakan satu kata sifat yang diperlakukan sebagai kata benda yang berbentuk jamak. Biasanya diambil dari nama marga (salah satu marga yang termasuk dalam suku tersebut dan dipilih sebagai tipe). Untuk tumbuhan akhiran katanya ditambah -aceae, sedangkan untuk hewan ditambah akhiran idea, dan tidak dicetak miring ataupun di garis bawahi.
Contoh :
  • Orchidaceae (tumbuhan)
  • Angilostomidae (hewan)

Ada nama beberapa takson tingkat suku tumbuhan yang menyimpang dari ketentuan ini, karena sudah semenjak dahulu digunakan, seperti :
  • Graminae, nama lain dari Poaceae
  • Compositae, nama lain dari Asteraceae.

4. Nama bangsa (Ordo). Nama bangsa merupakan kata benda berbentuk jamak yang diambil dari satu ciri khas yang dimiliki seluruh warga bangsa yang bersangkutan. Misalnya Contortae (bunga dengan kuncup terpilin), Tricocae (buah mempunyai ruang 3), Umbelliferae (bunga tersusun seperti payung). Nama bangsa yang demikian disebut nama deskriptif. Nama bangsa dapat pula automatis bertipe tata nama, bila terbentuk dari salah satu suku yang dibawahi yang merupakan tipe tata namanya dengan mengganti akhiran nama suku aceae dengan akhiran ales.
Contohnya :
  • Asparageae menjadi Asparagales
  • Malvaceae menjadi Malvales

5. Nama Kelas (Clasis). Sama seperti nama ordo, kelas merupakan kata benda berbentuk jamak yang diambil dari salah satu ciri yang dimiliki seluruh warga kelas yang bersangkutan. Misalnya Dycotiledoneae (tumbuhan yang bijinya berkeping dua dan punya dua daun lembaga), namun disarankan untuk mempergunakan akhiran phyceae bagi tumbuhan Algae, mycetes bagi tumbuhan fungi (jamur), dan opsida bagi tumbuhan Cormophyta.
Contoh :
  • Chlorophyceae (alga hijau)
  • Ascomycetes (jamur dengan ascus)
  • Magnoliopsida (tumbuhan tingkat tinggi)

6. Nama Divisi (Divisio). Untuk nama-nama divisi sebaiknya digunakan satu kata majemuk berbentuk jamak yang di ambil dari ciri khas yang berlaku untuk semua warga divisi dengan ditambah akhiran phyta, kecuali untuk jamur disarankan untuk diberi akhiran mycota.
Contoh :
  • Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
  • Eumycota (jamur)

Tags :



0 komentar:

Post a Comment