Cattleya aurantiaca

<i>Cattleya aurantiaca</i>

Vanda tricolor

<i>Vanda tricolor</i>

Coelogyne pandurata

<i>Coelogyne pandurata</i>

Phalaenopsis amabilis

<i>Phalaenopsis amabilis</i>

Aneka Manfaat Tanaman Anggrek

28.3.12

anggrek herbal pict

1. Anggrek Sebagai Tanaman Hias

Anggrek dikenal sebagai tanaman hias populer yang dimanfaatkan bunganya. Bunga anggrek sangat indah dan variasinya luar biasanya banyaknya hampir tidak terbatas. Anggrek biasa dijual sebagai tanaman pot maupun sebagai bunga potong. Indonesia memiliki kekayaan jenis anggrek yang sangat tinggi, terutama anggrek epifit yang hidup di pohon-pohon hutan, dari Sumatera hingga Papua. Anggrek bulan adalah bunga pesona bangsa Indonesia. Anggrek juga menjadi bunga nasional Singapura dan Thailand.

2. Anggrek Sebagai Simbol dan Aroma Pengharum

Anggrek sering dipergunakan sebagai simbol dari rasa cinta, kemewahan, dan keindahan selama berabad-abad. Bangsa Yunani menggunakan anggrek sebagai simbol kejantanan, sementara bangsaTiongkok pada zaman dahulu kala mempercayai bahwa anggrek sebagai tanaman yang mengeluarkan aroma harum dari tubuh Kaisar Tiongkok.

Penggunaannya pun meluas sampai menjadi bahan ramu-ramuan dan bahkan sempat dipercaya sebagai bahan baku utama pembuatan ramuan-ramuan cinta pada masa tertentu. Ketika anggrek muncul dalam mimpi seseorang, hal ini dipercaya sebagai simbol representasi dari kebutuhan yang mendalam akan kelembuatan, romantisme, dan kesetiaan dalam suatu hubungan

3. Anggrek Sebagai Tanaman Obat Herbal

Pada beberapa abad yang lalu, anggrek mempunyai peran penting dalam pengembangan tehnik pengobatan herbal yang menggunakan bahan dari tumbuh-tumbuhan.

Penggunaan obat tradisional dengan bahan tanaman Anggrek telah digunakan dalam pengobatan tradisional dalam upaya untuk mengobati banyak penyakit. Mereka telah digunakan sebagai sumber obat herbal di Cina sejak 2800 SM. Gastrodia elata adalah salah satu spesies anggrek dari genus Gastrodia adalah salah satu dari tiga jenis anggrek yang tercantum dalam Materia Medica yang pertama dikenal di Cina sebagai jenis anggrek yang digunakan untuk pengobatan(Shennon bencaojing) .

4. Anggrek Sebagai Bahan Makanan

Vanili (Vanilla planifolia) adalah merupakan anggota suku anggrek-anggrekan. Tumbuhan ini dimanfaatkan buahnya untuk penyedap pada kue, untuk pembuatanparfum dan aromaterapi .
Umbi bawah tanah dari anggrek terestrial Orchis mascula yang sudah dijadikan bubuk dapat dijadikan campuran bumbu untuk memasak.

Daun kering dari anggrek Jumellea fragrans dapat digunakan sebagai rum (perasa) pada minuman di Pulau Reunion.

Beberapa spesies anggrek Saprophytic dari kelompokGastrodia menghasilkan umbi-umbian dan dapat dikonsumsi sebagai makanan oleh orang pribumi di Australia dan dapat berhasil dibudidayakan, terutama Gastrodia sesamoides.

Tags :

Phalaenopsis

26.3.12

Phalaenopsis

Nama generik berarti "Phalaen [a]-seperti" dan mungkin referensi ke genus Phalaena, nama yang diberikan olehLinnaeus Carolus kepada sekelompok ngengat besar; bunga-bunga dari beberapa spesies yang dianggap menyerupai ngengat yang terbang. Untuk alasan ini, spesies dari genus ini kadang-kadang disebut anggrek ngengat.

Mereka adalah hewan asli di Asia Tenggara dari pegunungan Himalaya hingga kepulauan Polillo, Palawan danZamboanga del Norte di pulau Mindanao di Filipina dan utara Australia. Anggrek Pulau Taiwan ini dinamai genus ini.

Informasi terakhir tentang habitat dan ekologi di alam, kebanyakan tanaman anggrek ini hidup sebagai epifit; sedikit yang lithophytes. Di alam liar, beberapa spesies tumbuh di bawah kanopi hutan dataran rendah yang lembab, terlindung dari sinar matahari langsung, yang lainnya tumbuh di lingkungan kering dan dan musim dingin.

Spesies yang telah disesuaikan secara individu untuk ketiga habitat ini tidak memiliki pseudobulbs atau rimpang, Phalaenopsis menunjukkan kebiasaan pertumbuhan monopodial, batang tumbuh tunggal memiliki bentuk daun tebal dan berdaging. Jika sangat sehat, tanaman Phalaenopsis dapat memiliki hingga sepuluh atau lebih daun. Perbungaan muncul segugusan dari batang antara daun. Mereka mekar dalam keindahan penuh selama beberapa minggu. Jika disimpan di rumah, bunga-bunga dapat berlangsung dua sampai tiga bulan.



Klasifikasi Ilmiah

  • Kerajaan : Plantae
  • Devisi: Magnoliophyta
  • Kelas: Liliopsida
  • Ordo : Asparagales
  • Family : Orchidaceae
  • Genus : Phalaenopsis
  • Spesies :

Phalaenopsis amabilis
Phalaenopsis amboinensis
Phalaenopsis aphrodite
Phalaenopsis appendiculata
Phalaenopsis Baldan's Kaleidoscope
Phalaenopsis Brother Goldsmith
Phalaenopsis Brother Lawrence
Phalaenopsis Brother Showpiece
Phalaenopsis Canary
Phalaenopsis Chain Xen Mammon
Phalaenopsis Cornustris
Phalaenopsis Dimension
Phalaenopsis El Tigre
Phalaenopsis Formosa Dream
Phalaenopsis Golden Pride
Phalaenopsis Hybrid
Phalaenopsis Ipoh Delight
Phalaenopsis KV Charmer
Phalaenopsis Long Pride Treasure
Phalaenopsis Mahinhin
Phalaenopsis Minho Princess 'TWM11-4'
Phalaenopsis Mount Lip
Phalaenopsis New Girl
Phalaenopsis San Shia Crystal
Phalaenopsis Sasquatch
Phalaenopsis Sogo Diana '96'
Phalaenopsis Sogo Flash
Phalaenopsis Sogo Grape
Phalaenopsis Spica
Phalaenopsis Spotted Chip
Phalaenopsis Sun Princess x Chih Shang's Stripes
Phalaenopsis Tai Lin Queen
Phalaenopsis Tiger Star
Phalaenopsis Toto Han
Phalaenopsis Tying Shin Champion 'Orange'
Phalaenopsis Tying Shin Cupid
Phalaenopsis Tzu Chaing Chrisna
Phalaenopsis Valentinii
Phalaenopsis Venolis
Phalaenopsis Yu Pin Pearl
Phalaenopsis Zuma's Pixie 'Taida'
Phalaenopsis Zuma's Pixie
Phalaenopsis amabilis subsp. rosenstromii
Phalaenopsis amboinensis
Phalaenopsis appendiculata
Phalaenopsis bellina
Phalaenopsis celebensis
Phalaenopsis chibae
Phalaenopsis cochlearis
Phalaenopsis corningiana
Phalaenopsis cornu-cervi
Phalaenopsis deliciosa
Phalaenopsis equestris
Phalaenopsis fasciata
Phalaenopsis finleyi
Phalaenopsis floresensis
Phalaenopsis fuscata
Phalaenopsis gigantea
Phalaenopsis hieroglyphica
Phalaenopsis lamelligera
Phalaenopsis lobbii
Phalaenopsis lowii
Phalaenopsis lueddemaniana
Phalaenopsis maculata
Phalaenopsis mannii
Phalaenopsis mariae
Phalaenopsis modesta
Phalaenopsis pallens
Phalaenopsis pantherina
Phalaenopsis parishii
Phalaenopsis philippinensis
Phalaenopsis pulcherrima
Phalaenopsis pulchra
Phalaenopsis schilleriana
Phalaenopsis schilleriana/stuartiana ID discussion
Phalaenopsis speciosa
Phalaenopsis stuartiana
Phalaenopsis sumatrana
Phalaenopsis tetraspsis
Phalaenopsis unknown
Phalaenopsis unknown
Phalaenopsis venosa
Phalaenopsis violacea
Phalaenopsis wilsonii
Phalaenopsis zebrina

Cattleya purpurata

25.3.12

cattleya purpurata pict

  • Genus : Cattleya
  • Spesies : Cattleya purpurata

Anggrek ini beradaptasi pada temperatur di malam di musim dingin suhu 0ºC. hingga 35ºC di siang hari. Jenis ini suka mendapatkan lebih banyak air selama musim dingin dari Cattleyas lainnya.

cattleya purpurata pict

Cattleya

24.3.12

cattleya labiata pict

Cattleya adalah salah satu genus dari 42 spesies anggrek dari Kosta Rika sampai bagian Tropis Amerika Selatan dan merupakan salah satu marga anggrek epifit. Diberi nama Cattleya oleh John Lindley pada tahun 1824 setelah Sir William Cattley yang berhasil membudidayakan spesimen Cattleya Labiata yang digunakan sebagai kemasan materi dalam pengiriman anggrek lainnya. Anggrek jenis ini hidup menempel pada pohon-pohon kayu besar di dalam hutan yang rindang, sehingga mereka terlindung dari paparan sinar matahari langsung dan memperoleh kelembaban yang sangat mereka butuhkan.

Cattleya tidak menyukai sinar Matahari langsung sepanjang hari. Tapi mereka senang mendapat sinar langsung di pagi hari selama 4-5 jam sehari, atau sinar terang sehari penuh. Bila daunnya berwarna hijau gelap, itu pertanda Cattleya kekurangan sinar Matahari. Sebaliknya, bila kelebihan sinar, warna daunnya akan menjadi hijau kekuningan.

Sinar Matahari yang cukup akan membuat Cattleya rajin berbunga. Selain merangsang pembentukan bunga, sinar Matahari juga membuat tanaman lebih kuat, tahan serangan penyakit dan mampu mengumpulkan cadangan makanan. Cadangan makanan ini akan tersimpan di dalam bulb. Bulb yang padat berisi akan rajin menghasilkan tunas dan bunga. Cattleya akan rajin berbunga pada lingkungan bertemperatur antara 15-35oCelcius.

Air juga merupakan kebutuhan pokok bagi Cattleya. Cattleya memerlukan penyiraman secara teratur, namun ia juga memerlukan waktu kering beberapa saat, sebelum disiram lagi. Saat disiram, akar akan menyerap air sebanyak-banyaknya untuk disimpan dalam akar maupun bulb.



Klasifikasi Ilmiah

  • Kerajaan : Plantae
  • Devisi: Magnoliophyta
  • Kelas: Liliopsida
  • Ordo : Asparagales
  • Family : Orchidaceae
  • Genus : Cattleya
  • Spesies :

Cattleya (C. labiata X C. Hawaiian Flare)
Cattleya (C. longipes x C. briegeri)
Cattleya (Doris Schindel x aclandiae) x loddigesii
Cattleya Aloha Case
Cattleya Aloha Case
Cattleya Amber Glow 'Magnificent'
Cattleya Angela Furlanetto
Cattleya Angelwalker
Cattleya Anzac 'Orchidhurst'
Cattleya Aran Powder Puff
Cattleya Batalinii
Cattleya Batemanniana
Cattleya Bertheuana
Cattleya Bhimayothin
Cattleya Bhimayothin x Gene May 'Burdekin'
Cattleya Black Jack
Cattleya Bob Betts
Cattleya Butterfly Wings 'Orchid Library'
Cattleya C.G.Roebling
Cattleya Chincogan
Cattleya Cholame
Cattleya Claesiana
Cattleya Corazón René
Cattleya Cream Star
Cattleya Cuiseag
Cattleya Culminant 'La Tuilerie'
Cattleya Dal's Girl
Cattleya Dal's Good One 'Cynthia'
Cattleya Dal's Good One
Cattleya Dandee Comet 'Innocence'
Cattleya Dandee Gorgeous "Pahoehoe'
Cattleya Dandee Sweet 'Pink Star'
Cattleya Dandee Tease 'Peach Delight'
Cattleya Dandee Tease 'Sensual Beauty'
Cattleya Dianne Diehm
Cattleya Dinard
Cattleya Dupreana 'Kodama'
Cattleya Eileen Wilson “George Kennedy”
Cattleya Free Spirit 'Dendi's Carmela'
Cattleya Gila Wilderness 'Takara Sienne'
Cattleya Gold Star
Cattleya Golden Acclaim 'Richella'
Cattleya Hausermann's Gala
Cattleya Hawaiian Message
Cattleya Hawaiian Wedding Song
Cattleya Horace 'Maxima'
Cattleya Hsinying Cognac 'Thai Spots'
Cattleya Hybrid
Cattleya Hybrid
Cattleya Hybrid
Cattleya Hybrid
Cattleya Hybrid
Cattleya Interglossa
Cattleya Intricata
Cattleya Iris
Cattleya Irmgard Eisele 'Junge Liebe'
Cattleya Irmgard Eisele 'Morgenfrische'
Cattleya June Bug 'Mendenhall'
Cattleya Karol Wojtyla x intermedia
Cattleya Lana Coryell 'AlexL'
Cattleya Lana Coryell 'Pink Parfait'
Cattleya Landate
Cattleya Lisa Ann 'Chad Hue'
Cattleya Little Bit
Cattleya Lulu x Herbie Poole
Cattleya Lulu x intermedia
Cattleya Mamojuca Jaime Afonso
Cattleya Margaret Degenhardt 'Saturn' x Penny Kuroda 'Spots'
Cattleya Margaret Degenhardt
Cattleya Mars
Cattleya Mary's Song 'Madame Butterfly'
Cattleya Memoria Robert Strait 'Islander Delights'
Cattleya Mildred Rives
Cattleya Milton Warne x amethystoglossa
Cattleya Mini Purple 'H&R'
Cattleya Mini Purple
Cattleya Mini-green
Cattleya Nippon 'Livinza'
Cattleya Norton Boyd
Cattleya Olympia x Cattleya Queen Elizabeth
Cattleya Orcade
Cattleya Orglade's Grand
Cattleya Orglade's Palette x Corcovado
Cattleya Ovation
Cattleya Picturata
Cattleya Precious Jewel x Jungle Gem 'Show Stopper'
Cattleya Precious Kate x Beaufort
Cattleya Precious Katie
Cattleya Pulcherrima
Cattleya Quantum Leap 'Volcano'
Cattleya Reid Patrick
Cattleya Remo Prada
Cattleya Rosella Bells 'Chime'
Cattleya Rosella Spice
Cattleya Rosella's Royal Flare
Cattleya Schilleriana 'Piva'
Cattleya Seagulls Mini-Cat Heaven 'Jannine'
Cattleya Simone Neuendorff
Cattleya Slim Warner
Cattleya Sonia Altenburg
Cattleya Stella Polaris 'Ana Neri'
Cattleya Steve Uzar
Cattleya Summer Magic
Cattleya Swan Lake x Princess Bells
Cattleya Tainan City 'The General'
Cattleya The Friendly Third
Cattleya Tropic Charm
Cattleya Unknown
Cattleya Unknown hybrid
Cattleya Vallezac 'Cloud Nine'
Cattleya Walter Wolff
Cattleya Wendy's Valentine 'June'
Cattleya White Face x Jogo Nomuro
Cattleya White Spark
Cattleya Windermere x Kunta Kinte
Cattleya Zuki Niglla
Cattleya aclandiae
Cattleya amethystoglossa
Cattleya bicolor
Cattleya briegeri
Cattleya candida
Cattleya cernua
Cattleya coccinea
Cattleya crispa
Cattleya crispata
Cattleya dowiana
Cattleya dowiana var. aurea
Cattleya elongata
Cattleya fidelensis
Cattleya forbesii
Cattleya fournieri
Cattleya gaskelliana
Cattleya ghillanyi
Cattleya gloedeniana
Cattleya guttata
Cattleya harrisoniana
Cattleya hybrid unknown
Cattleya intermedia
Cattleya jenmanii
Cattleya kettieana
Cattleya labiata
Cattleya lawrenceana
Cattleya loddigesii
Cattleya lueddemanniana
Cattleya luteola
Cattleya maxima
Cattleya mendelii
Cattleya milleri
Cattleya mossiae
Cattleya nobilior
Cattleya percivaliana
Cattleya porphyroglossa
Cattleya pumila
Cattleya purpurata
Cattleya rupestris
Cattleya schilleriana
Cattleya schofieldiana 'Asperata'
Cattleya tenebrosa
Cattleya tenuis
Cattleya tigrina
Cattleya trianae
Cattleya venosa
Cattleya violacea
Cattleya walkeriana
Cattleya wallisii
Cattleya warneri
Cattleya warscewiczii
Cattleya x hardyana
Cattleya × dolosa

Tata Cara Pemberian Nama Ilmiah Anggrek | Nomenclature

Penamaan (nomenklatur) merupakan terjemahan dari kata Nomenclature yang berasal dari bahasa latin yaitu : nomen (nama) dan clature (menyebut). Jadi penamaan berarti menyebut nama dan memberi nama kepada semua organisme dalam berbagai takson (tingkatan). Nama untuk makhluk hidup sebetulnya telah diberi semenjak dahulu kala. Nama yang diberikan itu adalah nama dalam bahasa induk orang yang memberi nama, dengan demikian nama yang diberikan untuk satu jenis organisme berbeda-beda sesuai dengan bahasa orang yang memberikannya.

Setiap jenis tumbuhan memilki nama lokal di daerah asal atau di daerah tempat tumbuhan tersebut ditanam. Berbagai usaha telah dilakukan untuk mengatasi keragaman tersebut. Pemberian nama kepada suatu jenis tumbuhan harus memenuhi tata cara yang ada. Tata cara ini diatur dalam International Code of Botanical Nomenclature (ICBN). ICBN merupakan hasil keputusan-keputusan yang diambil dalam kongres internasional yang dilangsungkan secara periodic.Kongres I berlangsung diparis pada tahun 1867.Gagasan ini diprakarsai oleh ahli sistematik Alphonse de Candolle.

Yang perlu diketahui dalam tata cara pemberian nama ini adalah kesepakatan bahwa nama suatu jenis (spesies) tumbuhan hendaknya ditulis dalam bahasa Latin, atau bahasa lain yang telah dilatinkan. Aspek lain yang perlu dikemukakan ialah bahwa setiap nama jenis tumbuhan terdiri atas dua kata. Sistem ini disebut Binomial. Yang dikemukakan pertama kali oleh Carolus Linneaus (nama aslinya Carl Non linne). Sebelum dikemukakan sistem binomial, orang memberikan nama pada jenis tumbuhan dengan menggunakan lebih dari dua kata. Sebagai contoh, suatu jenis tumbuhan pernah dikenal dengan nama Lychnis alpine linifolia multiflora, artinya si Lychnis yang tumbuh dikawasan pegunungan, berakar banyak, berdaun halus menyerupai rami, dan berbunga banyak (Naiola, 1986).

Contoh pemberian nama sistem binomial pada anggrek: Phalaenopsis amabilis, Coelogyne pandurata. Kata Phalaenopsis menunjukan nama marga (genus), sedangkan kata kedua amabilis menerangkan julukan jenis atau specific ephitet (species). Demikian pula Coelogyne pandurata, Coelogyne menunjukan marga (genus), dan pandurata menunjukkan jenis (species). Kata yang menerangkan marga (genus) ini dimulai dengan huruf capital (huruf besar), dan julukan jenisnya (species) diawali dengan huruf kecil, serta penulisannya harus miring atau diberikan garis bawah. Pemberian garis bawah harus terpisah antara nama yang menunjukan marga dan nama yang menunjukan spesies. Contoh tata cara penulisan nama ilmiah dari anggrek hitam adalah Coelogyne pandurata atau Coelogyne pandurata.

Adakalanya ditemui julukan jenis yang terdiri atas dua kata. Bila ini terjadi, maka diantara dua kata tersebut diberi garis penghubung. Contoh, jagung jail diberi nama Coix lacryma-jobi, Echinochloa crus-galli, Passiflora van-voxemii. Julukan jenis (misalnya indica, papaya, mays) dapat diambil dari sumber apa saja dan disusun tanpa terikat pada suatu kaidah. Ada yang menerangkan warna bagian/organ tertentu jenis tersebut (putih=alba, merah=ruba, ungu=purpureum), ada yang diberikan untuk mengabadikan nama seorang tokoh. Beberapa contoh penamaan dengan menggunakan nama tokoh-tokoh tertentu, Gossampinus valetonnii, Metroxylon rumphii, Alphonsea teijsmannii, Casuarina junghuhniana, dan Cymbidium hartinahianum. Valeton adalah seorang botanis yang pernah menjabat sebagai kepala Kebun Raya Bogor tahun 1930-an; Rumphius adalah seorang serdadu Belanda (Kompeni) pada abad XVI, tetapi karena begitu tertariknya kepada dunia botani, ia menjadi botanis dan terkenal melalui karya-karyanya teutama flora-flora Maluku; Teijsmann, seorang Kurator Kebun Raya (1832-1856); Junghuhn terkenal sebagai orang yang pertama kali membawa tanaman kina ke Indonesia dari Amerika Selatan; dan Hartinah adalah nama Ibu Negara (Ny. Tien Soeharto). Namanya diabadikan pada sejenis anggrek liar mungil (Cymbidium hartinahianum) yang ditemukan oleh botanis Indonesia Drs. Rusydi E. Nasution, M.Sc. bersama J.B. Comber di kawasan Sumatera Utara.

Selain tokoh, sering pula dijumpai nama julukan spesies yang menunjukan tempat asal/penyebaran atau tempat untuk pertama kali jenis tersebut ditemukan secara botanis. Misalnya Coelogyne celebensis (pertamakali ditemukan oleh botanis di sulawesi), Musa lolodensis (sejenis pisang liar di Halmahera; loloda merupakan salah satu nama desa), Aleurites moluccana (Maluku), Casuarina papuana (Irian), Annona senegalensis (senegal), dan sebagainya. Tidak jarang pula nama local jenis dipakai sebagai nama julukan jenis. Misalnya sagu, Metroxylon sagu; burahol, Stelecocarpus burahol; rukem, Flacourtia rukem.Nama sagu, burahol, rukem merupakan istilah lokaldaerah di Indonesia yang sudah lama dipakai sehari-hari.

Pada beberapa nama binomial suatu jenis tumbuhan, terdapat satu atau beberapa singkatan nama. Misalnya, Oryza sativa L, Pangium edule Reinw, Annona senegalensis Pers., Salacca magnifica Mogea, Ananas comosus Merr., Artocarpus heterophyllus Lam., Durio zibethinus Murr., Bouea macrophylla Griff. Singkatan-singkatan ini menerangkan nama dari para pengarang/penyandra yang memberikan nama botani kepada jenis-jenis tersebut. L, adalah singkatan dari Linneaus, Reinw.dari Reinwardt, J.B. Comb. dari J.B. Comber, R.E. Nas. dari R.E. Nasution, Pers. dari Persoon, Mogea dari Johanis Palar Mogea, Merr dari Merril, Lam. Dari Lamarck, Murr. Dari Murray, Griff. Dari Griffith.

Adakalanya dijumpai pula lebih dari satu singkatan seperti Colocasia esculenta (L) Schott, Lagenaria siceraria (Molina) Standl.,Stelecocarpus burahol (Bl.) Hook.f. & Thoms. Singkatan didalam kurung menerangkan nama pengarang sebelumnya. L, Linneaus; Bl., Blume; Molina. Perkembangan ilmu sistematik botani menyebabkan adanya perbaikan dalam kedudukan jenis tersebut, sehingga mengalami perbaikan atau perubahan nama. Nama orang (-orang) yang melakukan revisi ini diletakan dibelakang kurung, misalnyaSchott, Standl. (Standley), Hook f. Hooker Filius.

Kadang kala dijumpai pula suatu nama tambahan dibelakang nama jenis. Ini dapat berupa subspecies (subsp.) anak jenis, varietas (var.) atau forma (f.). ini merupakan kelompok-kelompok dibawah jenis (spesies). Sebagai contoh Beta vulgaris L. subsp. Vulgaris, Citrus aurantium L. var. sinensis L. dan Oryza sativa L. forma glutinosa.

Ketentuan lain yang perlu dikemukakan adalah adanya konsensus bahwa nama marga (genus) dan jenis yang diketik atau ditulis tangan diberi garis bawah tetapi tidak termasuk nama (--nama) pengarangnya. Bila dicetak dalam terbitan, maka nama-nama marga dan jenis, dicetak dengan huruf-huruf yang lain dari benmtuk umum yang dipakai dalam penerbitan tersebut, misalnya cetak miring bila huruf umumnya dicetak tegak.

Ketentuan dalam pemberian nama-nama takson adalah menurut tingkatnya (kategori).

1. Nama jenis (spesies) Baik tumbuhan atau hewan nama ilmiah takson pada tingkat (kategori) yang paling rendah, jenis harus bersifat ganda (terdiri atas 2 kata), berbentuk tunggal dan dalam bahasa latin atau bahasa lain yang sudah dilatinkan. Kata pertama merupakan nama genus (marga) dan kata kedua sebutan jenis (epitheton specificum).
Contoh :
  • Phalaenopsis amabilis (Phalaenopsis = genus ; amabilis = sebutan jenis)
  • Coelogyne pandurata (Coelogyne = genus ; pandurata = sebutan jenis).

Huruf pertama nama genus harus dengan huruf besar, sedangkan huruf yang lainnya termasuk sebutan jenis semua ditulis dengan huruf kecil. Sebutan jenis tidak boleh terdiri atas kata yang merupakan ulangan yang sama (kata pertama) atau hampir sama dengan marga ini untuk tumbuhan, tetapi nama hewan masih dibenarkan, seperti nama ilmiah untuk ayam adalah Gallus gallus. Penulisan nama jenis harus di garis bawahi atau dicetak dengan huruf miring.

2. Nama marga (genus). Bagi tumbuhan atau hewan, nama marga terdiri atas satu kata benda berbentuk tunggal. Huruf pertama ditulis dengan huruf besar dan huruf yang berikutnya dengan huruf kecil, dan seluruh huruf dalam kata itu dicetak miring atau di garis bawahi.
Contoh :
  • Phalaenopsis atau Phalaenopsis
  • Coelogyne atau Coelogyne

3. Nama suku (familia). Nama suku merupakan satu kata sifat yang diperlakukan sebagai kata benda yang berbentuk jamak. Biasanya diambil dari nama marga (salah satu marga yang termasuk dalam suku tersebut dan dipilih sebagai tipe). Untuk tumbuhan akhiran katanya ditambah -aceae, sedangkan untuk hewan ditambah akhiran idea, dan tidak dicetak miring ataupun di garis bawahi.
Contoh :
  • Orchidaceae (tumbuhan)
  • Angilostomidae (hewan)

Ada nama beberapa takson tingkat suku tumbuhan yang menyimpang dari ketentuan ini, karena sudah semenjak dahulu digunakan, seperti :
  • Graminae, nama lain dari Poaceae
  • Compositae, nama lain dari Asteraceae.

4. Nama bangsa (Ordo). Nama bangsa merupakan kata benda berbentuk jamak yang diambil dari satu ciri khas yang dimiliki seluruh warga bangsa yang bersangkutan. Misalnya Contortae (bunga dengan kuncup terpilin), Tricocae (buah mempunyai ruang 3), Umbelliferae (bunga tersusun seperti payung). Nama bangsa yang demikian disebut nama deskriptif. Nama bangsa dapat pula automatis bertipe tata nama, bila terbentuk dari salah satu suku yang dibawahi yang merupakan tipe tata namanya dengan mengganti akhiran nama suku aceae dengan akhiran ales.
Contohnya :
  • Asparageae menjadi Asparagales
  • Malvaceae menjadi Malvales

5. Nama Kelas (Clasis). Sama seperti nama ordo, kelas merupakan kata benda berbentuk jamak yang diambil dari salah satu ciri yang dimiliki seluruh warga kelas yang bersangkutan. Misalnya Dycotiledoneae (tumbuhan yang bijinya berkeping dua dan punya dua daun lembaga), namun disarankan untuk mempergunakan akhiran phyceae bagi tumbuhan Algae, mycetes bagi tumbuhan fungi (jamur), dan opsida bagi tumbuhan Cormophyta.
Contoh :
  • Chlorophyceae (alga hijau)
  • Ascomycetes (jamur dengan ascus)
  • Magnoliopsida (tumbuhan tingkat tinggi)

6. Nama Divisi (Divisio). Untuk nama-nama divisi sebaiknya digunakan satu kata majemuk berbentuk jamak yang di ambil dari ciri khas yang berlaku untuk semua warga divisi dengan ditambah akhiran phyta, kecuali untuk jamur disarankan untuk diberi akhiran mycota.
Contoh :
  • Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
  • Eumycota (jamur)

Tags :

Nama Genus Anggrek | D-E-F

23.3.12

genus anggrek pict

Pada nama genus anggrek dengan huruf depan abjad D - E - F terdapat 133 genus yang dapat saya catat, diluar angka tersebut masih terdapat beberapa genus yang belum dapat saya ketahui.

Klasifikasi Ilmiah

  • Kerajaan : Plantae
  • Devisi: Magnoliophyta
  • Kelas: Liliopsida
  • Ordo : Asparagales
  • Family : Orchidaceae
  • Genus : seperti tersebut dalam tabel scroll berikut ini
ANGGREK D-E-F


  • Dactylorhiza
  • Dactylorhynchus
  • Dactylostalix
  • Darwinara
  • Degarmoara
  • Degranvillea
  • Deiregyne
  • Dendrobium
  • Dendrochilum
  • Dendrophylax
  • Diadenium
  • Diaphananthe
  • Diceratostele
  • Dicerostylis
  • Dichaea
  • Dichromanthus
  • Dickasonia
  • Dictyophyllaria
  • Didiciea
  • Didymoplexiella
  • Didymoplexis
  • Dienia
  • Diglyphosa
  • Dignathe
  • Dilochia
  • Dilochiopsis
  • Dilomilis
  • Dimerandra
  • Dimorphorchis
  • Dinema
  • Dinklageella
  • Diodonopsis
  • Diothonea
  • Diphylax
  • Diplandrorchis
  • Diplocaulobium
  • Diplocentrum
  • Diplolabellum
  • Diplomeris
  • Diploprora
  • Dipodium
  • Dipteranthus
  • Dipterostele
  • Disa
  • Discyphus
  • Disperis
  • Distylodon
  • Dithyridanthus
  • Diuris
  • Dockrillia
  • Dodsonia
  • Dolichocentrum
  • Domingoa
  • Doritaenopsis
  • Doritis
  • Dorthera
  • Dossinia
  • Dracula
  • Drakaea
  • Dresslerella
  • Dressleria
  • Dryadella
  • Dryadorchis
  • Drymoanthus
  • Drymoda
  • Duckeella
  • Dunstervillea
  • Dyakia
  • Earina
  • Eggelingia
  • Eleorchis
  • Elleanthus
  • Eloyella
  • Eltroplectris
  • Elythranthera
  • Embreea
  • Enanthleya
  • Encyclia
  • Entomophobia
  • Eparmatostigma
  • Ephippianthus
  • Epiblastus
  • Epiblema
  • Epicatanthe
  • Epicrianthes
  • Epidendrum
  • Epigeneium
  • Epilyna
  • Epipactis
  • Epipactis
  • Epipogium
  • Epistephium
  • Eria
  • Eriaxis
  • Eriochilus
  • Eriodes
  • Eriopexis
  • Eriopsis
  • Erycina
  • Erythrodes
  • Erythrorchis
  • Esmeralda
  • Euanthe
  • Euchile
  • Eucosia
  • Eulophia
  • Eulophiella
  • Euphlebium
  • Eurycentrum
  • Eurychone
  • Eurystyles
  • Evotella
  • Fernandezia
  • Ferruminaria
  • Fimbriella
  • Flickingeria
  • Frondaria
  • Fuertesiella
  • Funkiella

Nama Genus Anggrek | A-B-C

genus anggrek pict

Pada nama genus anggrek dengan huruf depan abjad A - B - C terdapat 333 genus yang dapat saya catat, diluar angka tersebut masih terdapat beberapa genus yang belum dapat saya ketahui.

Klasifikasi Ilmiah

  • Kerajaan : Plantae
  • Devisi: Magnoliophyta
  • Kelas: Liliopsida
  • Ordo : Asparagales
  • Family : Orchidaceae
  • Genus : seperti tersebut dalam tabel scroll berikut ini
ANGGREK A-B-C


  • Aa
  • Abdominea
  • Acacallis
  • Acampe
  • Acanthephippium
  • Aceras
  • Aceratorchis
  • Acianthera
  • Acianthus
  • Acinbreea
  • Acineta
  • Ackermania
  • Acoridium
  • Acostaea
  • Acriopsis
  • Acrochaene
  • Acrolophia
  • Acrorchis
  • Ada
  • Adacidium
  • Adaglossum
  • Adapasia
  • Adenochilus
  • Adenoncos
  • Adioda
  • Adrorhizon
  • Aerangis
  • Aeranthes
  • Aeridachnis
  • Aerides
  • Aeridochilus
  • Aeridoglottis
  • Aeridovanda
  • Aganisia
  • Aglossorrhyncha
  • Agrostophyllum
  • Alamania
  • Aliceara
  • Altensteinia
  • Amblyanthe
  • Ambrella
  • Amerorchis
  • Amesiella
  • Amitostigma
  • Amparoa
  • Anacamptis
  • Anathallis
  • Ancistrochilus
  • Ancistrorhynchus
  • Andinia
  • Androcorys
  • Angellea
  • Angraecopsis
  • Angraecum
  • Anguloa
  • Angulocaste
  • Ania
  • Anoectochilus
  • Ansellia
  • Anteriorchis
  • Anthogonium
  • Anthosiphon
  • Antillanorchis
  • Aorchis
  • Aphyllorchis
  • Aplectrum
  • Aporostylis
  • Aporum
  • Apostasia
  • Appendicula
  • Aracamunia
  • Arachnis
  • Arachnocentron
  • Aranda
  • Aranthera
  • Archineottia
  • Arethusa
  • Armodorum
  • Arnottia
  • Arpophyllum
  • Arthrochilus
  • Artorima
  • Arundina
  • Ascidieria
  • Ascocenda
  • Ascocentropsis
  • Ascocentrum
  • Ascochilopsis
  • Ascochilus
  • Ascofinetia
  • Ascoglossum
  • Ascolabium
  • Asconopsis
  • Aspasia
  • Aspidogyne
  • Aulosepalum
  • Auxopus
  • Bakerara
  • Baptistonia
  • Barbosella
  • Barbrodria
  • Barkeria
  • Barlia
  • Bartholina
  • Basigyne
  • Basiphyllaea
  • Baskervilla
  • Batemannia
  • Beallara
  • Beclardia
  • Beloglottis
  • Benthamia
  • Benzingia
  • Biermannia
  • Bifrenaria
  • Biltonara
  • Binotia
  • Bipinnula
  • Bishopara
  • Bletia
  • Bletilla
  • Bogoria
  • Bollea
  • Bolleanthes
  • Bollopetalum
  • Bolusiella
  • Bonatea
  • Bonniera
  • Brachionidium
  • Brachtia
  • Brachycorythis
  • Brachypeza
  • Brachystele
  • Bracisepalum
  • Braemia
  • Brasiliorchis
  • Brassada
  • Brassanthe
  • Brassavola
  • Brassia
  • Brassidium
  • Brassocatanthe
  • Brassocattleya
  • Brassoepidendrum
  • Brassolaelia
  • Brassolaeliocattleya
  • Brassophronitis
  • Briegeria
  • Bromheadia
  • Broughtonia
  • Brownleea
  • Bryobium
  • Buchtienia
  • Bulbophyllum
  • Bulleyia
  • Burnettia
  • Burnsbaloghia
  • Burrageara
  • Cadetia
  • Caladenia
  • Calanthe
  • Caleana
  • Callostylis
  • Calochilus
  • Calopogon
  • Caluera
  • Calymmanthera
  • Calypso
  • Calyptrochilum
  • Campanulorchis
  • Campylocentrum
  • Capanemia
  • Cardiochilus
  • Catasetum
  • Cattleya
  • Cattleychea
  • Cattleyopsis
  • Cattleytonia
  • Cattlianthe
  • Catyclia
  • Caucaea
  • Caularthron
  • Caulocattleya
  • Centroglossa
  • Centrostigma
  • Cephalanthera
  • Cephalantheropsis
  • Ceratandra
  • Ceratocentron
  • Ceratochilus
  • Ceratostylis
  • Chamaeangis
  • Chamaeanthus
  • Chamaegastrodia
  • Chamelophyton
  • Chamorchis
  • Changnienia
  • Chaseella
  • Chaubardia
  • Chaubardiella
  • Chauliodon
  • Cheiradenia
  • Cheirostylis
  • Chelonistele
  • Chelyorchis
  • Chiloglottis
  • Chilopogon
  • Chiloschista
  • Chitonanthera
  • Chitonochilus
  • Chloraea
  • Chondradenia
  • Chondrorhyncha
  • Chondroscaphe
  • Christensonia
  • Christieara
  • Christocentrum Wai Ron
  • Chroniochilus
  • Chroniochilus virescens
  • Chrysocycnis
  • Chrysoglossum
  • Chusua
  • Chysis
  • Chytroglossa
  • Cirrhaea
  • Cirrhopetalum
  • Cischweinfia
  • Claderia
  • Cleisocentron
  • Cleisomeria
  • Cleisostoma
  • Cleistes
  • Clematepistephium
  • Clowesetum
  • Clowesia
  • Coccineorchis
  • Cochleanthes
  • Cochlioda
  • Cocleorchis
  • Codonorchis
  • Codonosiphon
  • Coelia
  • Coeliopsis
  • Coeloglossum
  • Coelogyne
  • Coilochilus
  • Colax
  • Collabium
  • Colmanara
  • Comparettia
  • Comperia
  • Conchidium
  • Condylago
  • Constantia
  • Corallorrhiza
  • Cordiglottis
  • Coryanthes
  • Corybas
  • Corycium
  • Corymborkis
  • Corysanthes
  • Cottonia
  • Cotylolabium
  • Cranichis
  • Cremastra
  • Crepidium klimkoanum
  • Cribbia
  • Crossoglossa
  • Cryptarrhena
  • Cryptocentrum
  • Cryptochilus
  • Cryptophoranthus
  • Cryptopus
  • Cryptopylos
  • Cryptostylis
  • Cuitlauzina
  • Cyanaeorchis
  • Cybebus
  • Cyclopogon
  • Cycnoches
  • Cycnodes
  • Cylindrolobus
  • Cymbidiella
  • Cymbidium
  • Cymboglossum
  • Cynorchis
  • Cynorkis
  • Cyphochilus
  • Cypholoron
  • Cypripedium
  • Cyrtidiorchis
  • Cyrtochilum
  • Cyrtopodium
  • Cyrtorchis
  • Cyrtosia
  • Cyrtostylis
  • Cystorchis

Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Anggrek



Fisik

Media tumbuh disucihamakan dengan uap air panas agar tanaman bebas dari OPT yang dapat ditularkan melalui media tumbuh. Untuk menghindari penularan virus, usaha sanitasi harus dilakukan meliputi sterilisasi alat-alat potong. Setelah dicuci bersih alat-alat potong dipanaskan dalam oven pada suhu 149oC selama 1 jam.

Mekanis

Pengendalian secara mekanis dilakukan bilamana serangga hama dijumpai dalam jumlah terbatas. Misalnya pada pagi dan sore hari kumbang gajah dapat dijepit dengan jari tangan dan dimatikan. Demikian pula kutu tempurung pada daun anggrek dapat didorong dengan kuku, tetapi harus dilakukan secara hati-hati lalu dimatikan. Keong besar atau yang kecil dengan mudah dapat ditangkap pada malam hari dan dimusnahkan. Dengan membersihkan sampah dan gulma, maka keong tidak mempunyai kesempatan untuk bersarang dan bersembunyi.

Pengendalian secara mekanis juga dilakukan pada bagian tanaman yang menunjukkan gejala serangan penyakit, yaitu dengan memotong dan memusnahkan bagian tanaman yang terserang.

Kultur Teknis

Pemeliharaan tanaman yang baik dapat meningkatkan kesehatan tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh lebih subur. Penyiraman, pemupukan dan penambahan atau penggantian media tumbuh dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Secara tidak langsung pemeliharaan yang berkelanjutan dapat memantau keadaan tanaman dari serangan OPT secara dini.

Penyiraman dilakukan apabila diperlukan dan dilakukan pagi hari sehingga siang harinya sudah cukup kering. Pelihara tanaman dari serangan atau kehadiran serangga yang dapat menjadi pembawa atau pemindah penyakit. Udara dalam pertanaman sebaiknya dijaga agar tidak terlalu lembab, sehingga penyakit tidak mudah berkembang.

Tanaman yang baru atau diketahui menderita penyakit diisolasi selama 2-3 bulan, sampai diketahui bahwa tanaman tersebut betul-betul sehat. Tanaman yang akan dibudidayakan sebaiknya juga berasal dari induk yang telah diketahui bebas penyakit.

Kimiawi

Untuk pengendalian OPT anggrek dapat dipilih jenis pestisida yang tepat sesuai dengan organisme pengganggu tumbuhan yang akan dikendalikan. Formulasi pestisida dapat berupa cairan (emulsi), tepung (dust) pasta ataupun granula. Konsentrasi dan dosis penggunaan biasanya dicantumkan pada tiap kemasan. Jenis-jenis pestisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan OPT pada tanaman anggrek tercantum dalam Lampiran 1.

Sebagai pencegahan, pot atau wadah lainnya, alat-alat seperti pisau dan gunting stek, sebaiknya setiap kali memakai alat-alat tersebut, disucihamakan dengan formalin 2 % atau desinfektan lainnya.

Hayati

Dilakukan dengan menggunakan :

  • Predator tungau : Phytoseiulus persimilis Athias Heniot dan Typhodiromus sp. (Phytoseiidae)
  • Predator kutu daun : kumbang koksi (Coccinelidae), lalat Syrpidae, dan laba-laba Lycosa sp.
  • Predator kutu putih : Scymnus apiciflavus.
  • Predator bekicot Achatina fulica : Gonaxis sp., Euglandina sp., Lamprophorus sp., dan bakteri Aeromonas liquefacicus.
  • Parasitoid Thrips : Famili Eulophidae
  • Parasitoid kutu daun : Aphidius sp. dan Encarsia sp.
  • Parasitoid pengorok daun Gonophora xanthomela : Achrysocharis promecothecae (Eulophidae).
  • Pemanfaatan agens antagonis Trichoderma sp., Gliocladium sp. dan Pseudomonas fluorescens untuk penyakit layu Fusarium sp. dan Ralstonia (Pseudomonas ) solanacearum.

Hama dan Penyakit Anggrek

hama anggrek pict

Hama

1. Tungau Merah (Tennuipalvus orchidarum Parf)

Ordo : Acarina
Famili : Tetranychidae

a) Tanaman Inang

Jenis-jenis yang dapat diserang hama ini adalah Phalaenopsis sp., Dendrobium sp., Orchidium sp., Vanda sp. dan Granatophyllium sp., kapas, kacang-kacangan, jeruk, dan gulma terutama golongan dikotil.

b) Gejala Serangan

Tungau sangat cepat berkembang biak dan dalam waktu singkat dapat menyebabkan kerusakan secara mendadak. Bagian tanaman yang diserang antara lain tangkai daun dan bunga. Tangkai yang diserang akan berwarna seperti perunggu. Pada permukaan atas daun terdapat titik/bercak berwarna kuning atau coklat, kemudian meluas dan seluruh daun menjadi kuning. Pada permukaan bawah berwarna putih perak dan bagian atas berwarna kuning semu. Pada tingkat serangan lanjut daun akan berbercak coklat dan berubah menjadi hitam kemudian gugur. Pada daun Phalaenopsis sp. mula-mula berwarna putih keperakan kemudian menjadi kuning. Hama ini dapat berjangkit baik pada musim hujan maupun musim kemarau, namun umumnya serangan meningkat pada musim kemarau, sedangkan pada musim hujan serangan berkurang karena terbawa air. Kerusakan dapat terjadi mulai dari pembibitan.

c) Biologi

Tungau berwarna merah, berukuran sangat kecil yaitu 0,2 mm sehingga sukar untuk dilihat dengan mata telanjang. Tungau dapat dijumpai pada daun, pelepah daun dan bagian-bagian tersembunyi lainnya. Telur tungau berwarna merah, bulat dan diletakkan membujur pada permukaan atas daun.

2. Kumbang Gajah (Orchidophilus aterrimus = Acythopeus) aterrimus Wat

Ordo : Coleoptera
Famili : Curculionidae

a) Tanaman Inang

Jenis anggrek yang diserang adalah anggrek epifit antara lain Arachnis sp., Cattleya sp., Coelogyne sp., Cypripedium sp., Dendrobium sp., Cymbidium sp., Paphiopedilum sp., Phalaenopsis sp., Renanthera sp., dan Vanda sp.

b) Gejala Serangan

Kumbang bertelur pada daun atau lubang batang tanaman. Kerusakan terjadi karena larvanya menggerek daun dan memakan jaringan di bagian dalam batang sehingga mengakibatkan aliran air dan hara dari akar terputus serta daun-daun menjadi kuning dan layu. Kerusakan pada daun menyebabkan daun berlubang-lubang. Larva juga menggerek batang umbi, pucuk dan batang untuk membentuk kepompong, sedangkan kumbang dewasa memakan epdermis/permukaan daun muda, jaringan/tangkai bunga dan pucuk/kuntum sehingga dapat mengakibatkan kematian bagian tanaman yang dirusak. Serangan pada titik tumbuh dapat mematikan tanaman. Pada pembibitan Phalaenopsis sp. dapat terserang berat hama ini. Seangan kumbang gajah dapat terjadi sepanjang tahun, tetapi paling banyak terjadi pada musim hujan, terutama pada awal musim hujan tiba.

c) Biologi

Kumbang berwarna hitam kotor/tidak mengkilap dengan ukuran bervariasi 3,5-7 mm termasuk moncong. Kumbang bertelur pada daun atau lubang pada batang tanaman. Larva menggerek ke jaringan batang atau masuk ke pucuk/kuncup dan tangkai sampai menjadi pupa. Fase larva (ulat), pupa (kepompong) sampai dewasa (kumbang) berlangsung dalam pseudobulb. Larva yang baru menetas menggerek pseudobulb, makan dan tinggal di dalam pseudobulb tersebut. Pupa terbungkus oleh sisa makanan dan terletak di rongga bekas gerekan di dalam pseudobulb.

3. Kumbang Penggerek (Omobaris calanthes Mshl)

Ordo : Colepotera
Famili : Curculionidae

a) Tanaman Inang

Jenis anggrek yang diserang terutama adalah anggrek tanah terutama jenis Calanthe sp. dan Phajus sp.

b) Gejala Serangan

Berbeda dengan kumbang gajah, larva kumbang ini menggerek masuk ke jaringan akar/umbi, pucuk dan tangkai bunga sehingga dinding gerekan menjadi hitam. Sedangkan kumbang dapat dijumpai di bagian tengah tanaman di antara daun bawah. Serangga membuat sejumlah lubang, seringkali berbaris di daun dan juga tunas utama yang masih terlipat yang kemudian dapat patah dan mati. Pada tahap awal seringkali merusak akar tanaman dan pada saat bunga masih kuncup. Serangan berat menyebabkan tanaman terlihat merana dan dapat mematikan tanaman anggrek secara keseluruhan.

c) Biologi

Pertumbuhan larva dapat mencapai panjang 5 mm.

4. Kumbang Penggerek Akar (Diaxenes phalaenopsidis Fish)

Ordo : Coleoptera
Famili : Cerambycidae

a) Tanaman Inang

Larva maupun kumbang ini dapat menyerang tanaman anggrek Renanthera sp., Vanda sp., Dendrobium sdp., Oncidium sp. dan lebih khusus anggrek Phalaenopsis sp.

b) Gejala Serangan

Larva menggerek akar sehingga akar mengering dan dapat mengakibatkan kematian. Larva juga menyerang bunga. Kerusakan yang diakibatkan oleh hama ini akan sangat berat jika tidak segera dikendalikan.

c) Biologi

Telur berwarna hijau terang dengan panjang 2,4 mm dan diletakkan di bawah kutikula akar. Larva berwarna kuning dan membentuk pupa dalam suatu kokon yang berserabut/berserat padat. Kumbang dapat hidup sampai 3 bulan dan daur hidup mencapai 50-60 hari. Pada siang hari kumbang ini bersembunyi dan pada malam hari memakan daun bagian atas dan meninggalkan potongan/bekas gerekan yang tidak beraturan di permukaan.

5. Kumbang Penggerek (Oulema = Lema pectoralis Baly)

Ordo : Coleoptera
Famili : Chrysomelidae

a) Tanaman Inang

Arachnis sp., Grammatophyllum sp., Vanda sp., Phalaenopsis sp., Calanthes sp. dan kadang-kadang menyerang Dendrobium sp.

b) Gejala Serangan

Larva membuat lubang pada daun, akar, kuntum bunga dan bunga. Serangga dewasa juga dapat memakan daun.

c) Biologi

Kumbang berwarna hijau kekuningan. Tubuhnya diselubungi busa yang berwarna hijau tua. Larvanya membuat lubang pada daun, akar, kuntum bunga dan bunganya. Kumbang mempunyai tipe criocerin sepanjang punggung dan pronotum yang sempit. Serangga dari famili ini berasosiasi dengan rumput-rumputan dan monokotiledon lain. Larva yang semula berwarna abu-abu, dengan meningkatnya umur, akan berubah menjadi kuning. Tubuh larva senantiasa tertutup oleh kotorannya sendiri. Telur diletakkan terpisah-pisah pada bunga dan petiola. Telur berwarna kuning kehijauan dengan panjang 1,25 mm. Larva yang baru menetas membawa kulit telur di punggungnya. Daur hidup mencapai 30 hari.

6. Kutu Perisai (Parlatoria proteus Curt.)

Ordo : Hemiptera
Famili : Diaspididae

a) Tanaman Inang

Kutu ibi tersebar luas dan terutama dijumpai pada tanaman anggrek Dendrobium sp., Renanthera sp., Vanda sp. dan jenis-jenis anggrek tanah, dan palem.

b) Gejala Serangan

Tanaman yang terserang berwarna kuning merana, kadang-kadang daun berguguran.

c) Biologi

Kutu mempunyai perisai berwarna coklat merah berukuran + 1,5 mm, kutu dewasa berwarna gelap berbentuk bulat, pipih, melekat pada bagian tanaman terserang. Telurnya diletakkan di bawah perisai/tempurung, sehingga tidak terlihat dari atas. Larva tidak bertungkai, berbentuk bulat. Kutu dewasa betina tidak bersayap sedangkan yang jantan bersayap.

7. Pengorok Daun (Gonophora xanthomela = Agonita spathoglottis)

Ordo : Coleoptera
Famili : Chrysomelidae

a) Tanaman Inang

Hama ini menyerang jenis-jenis anggrek Phalaenopsis amabilis, Vanda tricolor, V. coerulea, Arundina sp. dan Aspathoglottis sp.

b) Gejala Serangan

Larva mengorok bagian dalam daun dan meninggalkan bagian epidermis sehingga daun tampak transparan. Serangan berat terjadi pada musim hujan.

c) Biologi

Kumbang berukuran 6 mm, terdapat tanda hitam dan oranye. Telur diletakkan pada permukaan bawah daun dan ditutupi kotoran.

8. Ulat Bunga (Chliaria othona)

Ordo : Lepidoptera
Famili : Lycaenidae

a) Tanaman Inang

Ulat ini menyerang jenis-jenis anggrek Dendrobium sp., Phalaenopsis sp., Arundina sp., Phajus sp.

b) Gejala Serangan

Ulat memakan bunga atau pucuk anggrek. Setelah menetas dari telur segera masuk dan merusak ke dalam pucuk sampai ke bunga.

c) Biologi

Ulat berbentuk pipih. Larva yang baru menetas dari telur masuk ke dalam pucuk sampai bunga. Stadia pupa terjadi di daun dan umbi-umbian dalam lapisan anyaman dan pupa berbalut lapisan sutera.

9. Pemakan Daun (Negeta chlorocrota Hps.)

Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae

a) Tanaman Inang

Kerusakan paling banyak pada Dendrobium sp., dan Arachnis sp. dan serangga juga dijumpai pada Phalaenopsis sp. dan aneka anggrek liar.

b) Gejala Serangan

Larva memakan daun muda dan meninggalkan potongan-potongan daun yang putih dan transparan. Kerusakan disebabkan oleh instar selanjutnya pada daun yang lebih tua. Pucuk-pucuk muda juga diserang. Pada populasi tinggi larva menggerogoti daun, potongan oval dari daun yang tertinggal di atas dan digunakan untuk membentuk tempat pupa.

c) Biologi

Ulat merupakan semi penggulung daun anggrek. Ulat instar lanjut berwarna hijau pudar dengan garis gelap membujur dan empat tanda di punggung. Seta (bulu) panjang tumbuh dari kecil dan hitam. Panang larva + 35 mm. Ngengat muda tidak terbang sangat jauh. Telur berduri dan dijumpai di daun, pucuk dan bunga. Di Bogor siklus hidup mencapai 38 hari.

10. Kutu Putih (Pseudococcus sp.)

Ordo : Hemiptera
Famili : Pseudococcidae

a) Tanaman Inang

Hama ini tersebar luas dan merupakan hama penting pada tanaman buah-buahan dan tanaman hias.

b) Gejala Serangan

Pada Dendrobium sp., kutu menyerang ujung akar, bagian daun sebelah bawah dan batang. Bagian tanaman terserang akan berwarna kuning dan akhirnya mati karena hama ini mengisap cairan sel.

Pada Phalaenopsis sp., kutu menyerang ketiak daun di sekitar titik tumbuhnya, sehingga menyebabkan tanaman mati.

c) Biologi

Seluruh tubuh tertutup oleh lilin termasuk tonjolan pendek yang terdapat pada tubuhnya. Kutu berwarna coklat kemerahan, panjang 2 mm, dan memproduksi embun madu sehingga menarik bagi semut untuk berkumpul. Kutu memperbanyak diri melalui atau tanpa perkawinan (partenogenesis). Perkembangan satu generasi memerlukan waktu selama 36 hari.

11. Siput Setengah Telanjang (Slug) (Parmarion pupillaris)

Phyllum : Mollusca

a) Tanaman Inang

Bersifat polifag, selain menyerang anggrek juga pada kol, sawi, tomat, kentang, tembakau, karet dan ubi jalar.

b) Gejala Serangan

Siput memakan daun dan membuat lubang-lubang tidak beraturan. Seringkali ditandai dengan adanya bekas lendir sedikit mengkilat dan kotoran. Akar dan tunas anakan juga diserang. Seringkali merusak pesemaian atau tanaman yang baru saja tumbuh. Siput juga makan bahan organik yang telah membusuk atauun tanaman yang masih hidup.

c) Biologi

Siput tidak memiliki cangkok, berukuran panjang 5 cm, berwarna coklat kekuningan atau coklat keabuan. Rumah pada punggungnya kerdil dan sedikit menonjol. Siput tidak beruas, badannya lunak, bisa mengeluarkan lendir, berkembang biak secara hermaprodit namun sering juga terliha mereka mengadakan perkawinan dengan sesama. Siput menyukai kelembaban. Telur diletakkan pada tempat-tempat yang lembab. Siput biasanya pada waktu siang hari bersembunyi di tempat yang teduh dan aktif mencari makan pada malam hari. Alat untuk makan berbentuk seperti lidah yang kasar seperti parut yang disebut radula.

12. Siput Telanjang (Vaginula bleekeri) atau (Filicaulis bleekeri)

Phyllum : Mollusca

a) Tanaman Inang

Selain menyerang anggrek, juga merusak pesemaian sayuran seperti kol, sawi, tomat dan tembakau.

b) Gejala Serangan

Gejala serangan mirip Parmarion. Siput menyerang tanaman pada waktu malam hari. Bagian tanaman yang diserang adalah daun dan pucuk-pucuknya.

c) Biologi

Bentuk siput seperti lintah, berwarna coklat keabuan, pada punggungnya terdapat bercak-bercak coklat tua yang tidak teratur dan ada sepasang garis memanang, panjang tubuh + 5 cm.

13. Bekicot (Achatina fulica) atau (A. variegata)

Phyllum : Mollusca

a) Tanaman Inang

Bekicot selain merusak tanaman anggrek, juga tanaman bunga bakung, bunga dahlia, pepaya, tomat.

b) Gejala Serangan

Bekicot banyak merusak seluruh bagian tanaman dengan memakan daun dan bagian tanaman lain. Selain itu juga makan tanaman yang telah mati.

c) Biologi

Bekicot mempunyai cangkok (rumah), dengan ukuran panjang + 10-13 cm. Pada waktu siang hari bekicot ini sering istirahat pada batang pepaya, pisang dan dinding rumah. Pada waktu malam hari mencari makanan. Siang hari mencari tempat perlindungan di lubang tanah, kaleng atau bambu. Bila diganggu mereka akan menarik kepalanya ke dalam rumahnya. Kadang-kadang dapat mengeluarkan suara. Pada waktu musim kemarau yang panjang dan udara panas, kepala dan seluruh badan dimasukkan dalam rumah dan lubangnya ditutup dengan suatu lapisan membran yang tebal hingga ia dapat bertahan hidup selama musim kemarau + 6 bulan. Bila musim hujan tiba dalam beberapa jam mereka dapat segera mengakhiri masa istirahatnya dan mulai mencari makanan. Bekicot yang baru saja menetas bisa tahan tidak makan selama 1 bulan. Bekicot yang besar bisa tahan terendam air tawar selama 12 jam, tetapi kalau air mengandung garam bekicot akan mati dengan pelan-pelan. Telurnya berwarna kuning dengan diameter + 5 mm, biasanya terdapat dalam kelompok telur yang jumlahnya 100-500 butir gumpalan telur yang diameternya bisa sampai + 5 cm. Biasanya terletak di bawah batu, tanaman atau dalam tanah gembur. Telur ini akan menetas dalam 10-14 hari.

14. Tungau Jingga Anggrek (Pseudoleptus vandergooti / Oud)

Ordo : Acarina
Famili : Tertranychidae

a) Tanaman Inang

Anggrek Dendrobium sp. sangat peka terhadap serangan tungau jingga.

b) Gejala Serangan

Serangan hama ini mengakibatkan daun dan jaringan batang berubah warna.

c) Biologi

Tungau berukuran 0,3 mm, hidup berkoloni pada daun-daun yang mati.

15. Thrips Anggrek (Dichromothrips = Eugniothrips) atau (smithi = Zimm)

Ordo : Thysanoptera
Sub Ordo : Terebrantia

a) Tanaman Inang

Thrips anggrek dari P. Jawa ditemukan pula di Taiwan. Thrips mengakibatkan kerusakan serius pada pembibitan anggrek Arachnis sp., Cattleya sp., Dendrobium sp., Renanthera sp., dan Vanda sp.

b) Gejala Serangan

Serangan hama ini mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat, bunga berguguran, daun berubah bentuk dan berwarna keperakan. Pada musim kemarau serangan thrips dapat mengakibatkan penurunan produksi bunga.

c) Biologi

Hama ini sangat kecil, dan berwarna abu-abu, ada juga yang berwarna kecoklatan. Panjangnya kira-kira 1-1½ mm. Trips mempunyai tiga pasang kaki, dan berbadan ramping.

16. Kepik Anggrek (Mertila malayensis Dist.)

Ordo : Hemiptera
Famili : Miridae

a) Tanaman Inang

Kepik ini memiliki daerah penyebaran meliputi wilayah Asia Selatan dan Timur. Kepik dapat ditemukan pada anggrek Phalaenopsis sp., Bulbophyllum sp., Renanthera sp., Vanda sp.

b) Gejala Serangan

Serangan kepik menimbulkan gejala bintik-bintik putih kuning pada permukaan atas dan bawah daun anggrek. Kadang-kadang titik-titik tersebut sangat rapat sehingga merupakan bercak putih. Tanaman yang terserang lama-lama menjadi gundul.

c) Biologi

Kepik berwarna merah kehitaman. Telur diletakkan di daun, dan nimfa yang baru menetas berwarna merah mirip dengan tungau. Serangga biasanya hidup berkelompok, jika diganggu maka akan melarikan diri dengan cepat. Di Salatiga siklus hidup sekitar 4 minggu, dan serangga dewasa dapat hidup selama 2 bulan.

17. Kutu Daun Anggrek (Cerataphis oxhidiarum) (West)

Ordo : Homoptera
Famili : Aphidoidea

a) Tanaman Inang

Kutu ini tersebar luas dan terutama dijumpai pada tanaman anggrek Dendrobium sp., Renanthera sp., Vanda sp. dan jenis-jenis anggrek tanah.

b) Gejala Serangan

Kutu daun menempel pada daun, dan menyebabkan daun yang terserang berubah menjadi kuning, kemudian coklat, akhirnya mati.

c) Biologi

Spesies kutu daun ini berwarna coklat gelap sampai hitam. Pada waktu masih muda, serangga berwarna hijau. Penyebaran meliputi di daerah tropis.

18. Kutu Tempurung (Aspidiotus sp.)

Ordo : Homoptera
Famili : Diaspididae

a) Tanaman Inang

Di daerah Bogor kutu tempurung ditemukan pada anggrek Renanthera sp. dan Vanda sp., kelapa, kelapa sawit, pisang, mangga, alpukat, jambu biji, kakao, karet, keluwih, jahe dan the.

b) Gejala Serangan

Serangga ini mengisap cairan daun di bagian permukaan bawah sehingga meninggalkan bercak-bercak dan menyebabkan daun berwarna kuning kecoklatan. Kutu mengisap cairan daun, sehingga makin lama cairan daun habis dan jaringan di sekelilingnya terjadi nekrosis. Pada serangan berat seluruh daun menjadi kering dan kemudian rontok.

c) Biologi

Serangga dewasa berwarna merah coklat gelap berukuran panjang 1,5 mm. Kutu betina dapat menghasilkan telur 20-30 butir. Telur diletakkan di dalam perisai di bawah badannya. Nimfa yang baru menetas akan ke luar dari perisai, berkelompok di permukaan bawah daun. Periode telur sampai dewasa mencapai 1,5-2 bulan. Aktivitas puncak terjadi pada musim kering.

19. Siput Kecil (Lamellaxis) (= Opeas) gracilis (Hutt.) dan (Subulina octona Brug.)

Phyllum : Mollusca

a) Tanaman Inang

Di daerah Deli (Sumatera) sering ditemukan pada bedengan pembibitan tembakau, dan di daerah lain di Indonesia ditemukan menyerang sayuran di rumah kaca.

b) Gejala Serangan

Siput ini tinggal pada tanaman anggrek di antara media tumbuh dalam pot dan menyerang bagian akar. Malam hari siput naik ke permukaan pot dan menyerang bagian daun. Serangan berat terjadi pada musim hujan.

c) Biologi

Tempurung hama panjangnya 11 mm dan berwarna kuning terang. Kedua spesies hama ini di alam sering bercampur.

Penyakit

1. Penyakit Busuk Hitam (Phytopthora spp.)

a) Tanaman Inang

Penyakit ini terutama dijumpai pada anggrek Cattleya sp., Phalaenopsis sp., Dendrobium sp., Epidendrum sp. dan Oncidium sp.

b) Gejala Serangan

Infeksinya tampak dengan adanya noda-noda hitam yang menjalar dari bagian tengah tanaman hingga ke daun. Dalam waktu relatif singkat seluruh daun sudah berjatuhan. Cendawan ini menyerang pucuk tanaman dan titik tumbuh. Bagian pangkal pucuk daun terlihat basah dan bila ditarik mudah terlepas. Bila menyerang titik tumbuh, pertumbuhan akan terhenti. Penyebaran penyakit ini sangat cepat bila keadaan lingkungan lembab.

Pada Cattleya penyakit dapat timbul pada daun, umbi semu, akar rimpang dan kuncup bunga. Penyakit ini juga dapat timbul pada pesemaian sebagai penyakit busuk rebah. Pada daun terjadi bercak besar, berwarna ungu tua, coklat keunguan, atau hitam. Bercak dikelilingi halo kekuningan. Dari daun penyakit berkembang ke umbi semu, akar rimpang, bahkan mungkin ke seluruh tanaman. Jika penyakit mula-mula timbul pada umbi semu, maka umbi ini akan menjadi hitam ungu, dan semua yang terletak di atasnya akan layu. Seringkali daun menjadi rapuh dengan goyangan sedikit saja daun akan terlepas sedikit di atas umbi semu. Infeksi yang terjadi pada permukaan tanah dapat menyebabkan busuk kaki.

Pada Vanda, mula-mula pada pangkal daun terjadi bercak hitam kecoklatan tidak teratur, dengan cepat meluas ke seluruh permukaan daun dan pada daun-daun sekitarnya. Pada umumnya penyakit timbul di daerah pucuk tanaman. Pada bagian ini daun-daun berwarna hitam coklat kebasah-basahan dan mudah sekali gugur. Kadang-kadang penyakit juga timbul pada batang dan daerah perakaran.

c) Morfologi/Epidemiologi

Cendawan membentuk sporangium, mudah terlepas, bulat telur atau jorong, pangkalnya membulat, mempunyai tangkai pendek dan hialin. Spora Phytophthora dapat dipencarkan oleh angin, dan percikan air.

Akar rimpang dapat dapat terinfeksi karena patogen yang terbawa oleh pisau yang dipakai untuk memotong (memisahkan tanaman). Penyakit juga berkembang oleh kelembaban yang tinggi, karena air membantu pembentukan, pemencaran, dan perkecambahan spora.

2. Antraknosa (Colletotrichum gloeosporioides) (Penz.) (Sacc.) (Stadium Sempurna : Glomerella cingulata)

a) Tanaman Inang

Penyakit ini dijumpai pada anggrek jenis Dendrobium sp., Arachnis sp., Ascocendo sp., Phalaenopsis sp., Vanda sp. dan Oncidium sp.

b) Gejala Serangan

Pada daun atau umbi semu mula-mula timbul bercak bulat, mengendap, berwarna kuning atau hijau muda. Akhirnya bercak menjadi coklat dan mempunyai bintik-bintik hitam yang terdiri dari tubuh buah (aservulus) cendawan. Pada umumnya bintik-bintik ini teratur pada lingkaran-lingkaran yang terpusat. Dalam keadaan yang lembab tubuh buah mengeluarkan massa spora (konidium) yang berwarna merah jambu atau jingga. Daun yang terserang akan gugur akhirnya umbi akan gundul.

Pada bunga, penyakit menyebabkan terjadinya bercak-bercak coklat kecil yang dapat membesar dan bersatu sehingga dapat meliputi seluruh bunga.

Cendawan dapat mempertahankan diri dengan hidup secara saprofitik pada sisa tanaman sakit. Pada cuaca menguntungkan (lembab), cendawan membentuk konidium yang apabila terbentuk dalam massa yang lekat, konidium dipencarkan oleh percikan air hujan/air siraman, mungkin juga oleh serangga.

Cendawan adalah parasit lemah, yang hanya dapat mengadakan infeksi pada tanaman yang keadaannya lemah, terutama melalui luka-luka, termasuk luka karena terbakar matahari. Terjadinya penyakit juga dibantu oleh pemberian pupuk nitrogen yang terlalu banyak.

c) Morfologi/Epidemiologi

C. gloeosporioides berbentuk aservulus pada bagian yang mati (nekrosis) yang berbatas tegas, biasanya berseta, kadang-kadang berseta sangat jarang atau tidak sama sekali. Aservulus berbentuk bulat, memanjang atau tidak teratur, garis tengahnya dapat mencapai 500 µm. Seta mempunyai panjang yang bervariasi, jarang lebih dari 200 µm, dengan lebar 4-8 µm, bersekat 1-4, berwarna coklat, pangkalnya agak membengkak, mengecil ke ujung, pada ujungnya kadang-kadang berbentuk konidium. Konidium berbentuk tabung, ujungnya tumpul, pangkalnya sempit terpancung, hialin, tidak bersekat, berinti 1,9-24 x 3,6 µm. Konidiofor berbentuk tabung, tidak bersekat, hialin atau coklat pucat.

C. gloeosporioides tersebar luas, sebagai parasit lemah pada bermacam-macam tumbuhan inang, bahkan ada yang hanya hidup sebagai saprofit. Cendawan dapat mempertahankan diri dengan hidup secara saprofitis pada bermacam-macam sisa tanaman sakit. Pada cuaca menguntungkan jamur membentuk konidium. Karena terbentuk dalam massa yang lekat, konidium dipencarkan oleh percikan air, dan mungkin oleh serangga. Pembentukan konidium dibentuk oleh cuaca yang lembab, sedang pemencaran konidium dibantu oleh percikan air hujan maupun siraman.

3. Layu (Sklerotium rolfsii Sacc.) (Stadium Sempurna : Corticium rolfsii Curzi)

a) Tanaman Inang

Selain menyerang anggrek, penyakit ini diketahui menyerang pada tanaman pertanian lainnya. Pada anggrek terutama menyerang jenis-jenis terestrial, seperti Vanda sp., Arachnis sp. dan sebagainya.

b) Gejala Serangan

Tanaman yang terserang menguning dan layu. Infeksi terjadi pada bagian-bagian yang dekat dengan tanah. Bagian ini membusuk, dan pada permukaannya terdapat miselium cendawan berwarna putih, teratur seperti bulu. Miselium ini membentuk sklerotium, yang semula berwarna putih, kelak berkembang menjadi butir-butir berwarna coklat yang mirip dengan biji sawi.

Pada Phalaenopsis penyakit menyebabkan busuk akar dan pangkal daun. Jaringan menjadi berwarna kuning krem, berair, yang segera berubah menjadi coklat lunak karena adanya bakteri dan cendawan tanah.

Sklerotium bentuknya hampir bulat dengan pangkal yang agak datar, mempunyai kulit luar, kulit dalam dan teras.

Di daerah tropis S. rolfsii tidak membentuk spora. Cendawan dapat bertahan lama dengan hidup secara saprofitik, dan dalam bentuk sklerotium yang tahan terhadap keadaan yang kurang baik.

S. rolfsii umumnya terdapat dalam tanah. Cendawan terutama terpencar bersama-sama dengan tanah atau bahan organik pembawanya. Sklerotium dapat terpencar karena terbawa oleh air yang mengalir.

S. rolfsii terutama berkembang dalam cuaca yang lembab. Cendawan dapat menginfeksi tanaman anggrek melalui luka ataupun tidak, bila melalui luka infeksi akan berlangsung lebih cepat. Di Indonesia Oncidium sp. dan Phalaenopsis sp. sangat rentan terhadap S. rolfsii, Cattleya sp. agak tahan, sedangkan Dendrobium sp. sangat tahan.

c) Morfologi/Epidemiologi

S. rolfsii adalah cendawan yang kosmopolit, dapat menyerang bermacam-macam tumbuhan, terutama yang masih muda. Cendawan itu mempunyai miselium yang terdiri dari benang-benang berwarna putih, tersusun seperti bulu atau kipas. Cendawan tidak membentuk spora. Untuk pemencaran dan mempertahankan diri cendawan membentuk sejumlah sklerotium yang semula berwarna putih kelak menjadi coklat dengan garis tengah kurang lebih 1 mm. Butir-butir ini mudah sekali terlepas dan terangkut oleh air.

Sklerotium mempunyai kulit yang kuat sehingga tahan terhadap suhu tinggi dan kekeringan. Di dalam tanah sklerotium dapat bertahan selama 6-7 tahun. Dalam cuaca yang kering sklerotium akan mengeriput, tetapi justru akan berkecambah dengan cepat jika kembali berada dalam lingkungan yang lembab.

4. Layu (Fusarium oxysporum)

a) Tanaman Inang

Penyakit layu Fusarium dapat dijumpai pada anggrek jenis Cattleya sp., Dendrobium sp. dan Oncidium sp. Selain itu juga menyerang kubis, caisin, petsai, cabai, pepaya, krisan, kelapa sawit, lada, kentang, pisang dan jahe.

b) Gejala serangan

Patogen menginfeksi tanaman melalui akar atau masuk melalui luka pada akar rimpang yang baru saja dipotong, menyebabkan batang dan daun berkerut. Bagian atas tanah tampak merana seperti kekurangan air, menguning, dengan daun-daun yang keriput, umbi semu menjadi kurus, kadang-kadang agak terpilin. Perakaran busuk, pembusukan pada akar dapat meluas ke atas, sampai ke pangkal batang.

Jika akar rimpang dipotong akan tampak bahwa epidermis dan hipodermis berwarna ungu, sedang phloem dan xylem berwarna ungu merah jambu muda. Akhirnya seluruh akar rimpang menjadi berwarna ungu.

c) Epidemiologi

Patogen dapat bertahan secara alami di dalam media tumbuh dan pada akar-akar tanaman sakit. Apabila terdapat tanaman peka, melalui akar yang luka dapat segera menimbukan infeksi. Penyakit ini mudah menular melalui benih, dan alat pertanian yang dipakai.

5. Bercak Daun (Cercospora spp.)

a) Tanaman inang

Semua jenis anggrek terserang oleh penyakit ini, terutama yang ditanam di tempat terbuka, seperti Vanda sp., Arachnis sp., Aranda sp., Aeridachnis sp. dan sebagainya.

b) Gejala serangan

Penyakit timbul hanya apabila keadaan lingkungan lembab. Mula-mula pada sisi bawah daun yang masih muda timbul bercak kecil berwarna coklat. Bercak-bercak dapat berkembang melebar dan memanjang, dan dapat bersatu membentuk bercak yang besar. Pada pusat bercak yang berwarna coklat keputihan, cendawan membentuk kumpulan-kumpulan konidiofor dengan konidium, yang bila dilihat dengan kaca pembesar (loupe) tampak seperti bintik-bintik hitam kelabu. Pusat bercak akhirnya mengering dan dapat menjadi berlubang. Gejala ini lebih banyak terdapat pada daun-daun tua.

c) Morfologi/Epidemiologi

Konidium cendawan ini berbentuk gada panjang bersekat 3-12. Konidiofor pendek, bersekat 1-3, cendawan dapat terbawa oleh benih dan bertahan pada sisa-sisa tanaman sakit selama satu musim. Cuaca yang panas dan basah membantu perkembangan penyakit. Penyakit dapat timbul pada tanaman muda, meskipun cenderung lebih banyak pada tanaman tua.

6. Bercak Coklat Ralstonia (Pseudomonas) cattleyae (Pav.) Savul

a) Tanaman Inang

Penyakit terutama menyerang Phalaenopsis sp. dan Catleya sp.

b) Gejala serangan

Penyakit ini terutama merugikan Phalaenopsis sp. Bagian tanaman yang terserang yaitu daun dan titik tumbuh. Penyakit sangat cepat menjalar, dan pada daun yang terserang terjadi bercak lunak, kebasah-basahan dan berwarna kecoklatan atau hitam. Penyakit meluas dengan cepat. Jika penyakit mencapai titik tumbuh, tanaman akan mati. Bagian yang sakit mengeluarkan lendir (eksudat), yang dapat menularkan penyakit ke tanaman lain, melalui penyiraman.

Pada daun Cattleya sp. penyakit tampak sebagai bercak-bercak mengendap, hitam dan kebasah-basahan. Pada umumnya penyakit hanya terbatas pada satu atau dua daun, dan tidak mematikan tanaman.

c) Epidemiologi

Massa bakteri sering muncul di permukaan jaringan tanaman sakit. Penyakit ini berkembang pada kondisi lingkungan yang basah dan suhu yang tinggi. Penyakit dapat menular melalui alat-alat pertanian, air, media tumbuh dan benih yang terinfeksi.

7. Busuk Lunak (Erwinia spp.)

a) Tanaman Inang

Penyakit ini dapat menyerang semua jenis anggrek bahkan tanaman lain yang lunak jaringannya.

b) Gejala Serangan

Penyakit ini menyerang tanaman anakan dalam kompot. Daun-daun anakan terlihat berair dan warna daun berubah kecoklatan. Pada pseudobulb atau bagian lunak lainnya terjadi pembusukan disertai bau yang tidak enak. Bakteri ini menimbulkan pembusukan pada jaringan yang lunak dan pada jaringan yang bekas digigit serangga.

c) Morfologi/Epidemiologi

Sel bakteri berbentuk batang, tidak mempunyai kapsul, dan tidak berspora. Bakteri bergerak dengan menggunakan flagela yang terdapat di sekeliling sel bakteri.

Bakteri patogen mudah terbawa oleh serangga, air, media tumbuh dan sisa tanaman yang terinfeksi, serta alat-alat pertanian. Suhu optimal untuk perkembangan bakteri adalah 27° C. Pada kondisi suhu rendah dan kelembaban rendah bakteri terhambat pertumbuhannya.

8. Rebah Bibit Pythium ultinum, Phytohpthora cactorum dan Rhizoctonia solani.

a) Tanaman Inang

Penyakit ini dijumpai pada tanaman muda dalam kompot pada anggrek jenis Cymbidium sp., Dendrobium sp., Oncidium sp. dan sebagainya.

b) Gejala Serangan

Pada tanaman muda ditandai dengan gejala damping off, yaitu tanaman mati dan roboh. Bagian pangkal tanaman membusuk, sehingga tidak kuat berdiri tegak. Penyakit berkembang ke atas ke bagian-bagian lunak lainnya.

c) Epidemiologi

Patogen tersebut terpencar malalui air. R. solani bertahan lama di dalam tanah (media tumbuh).

9. Bercak Daun (Pestalotia sp.)

a) Tanaman Inang

Penyakit ini dijumpai pada anggrek jenis Vanda sp., Arachnis sp., Dendrobium sp. dan Oncidium sp.

b) Gejala Serangan

Pada daun-daun tua dijumpai bercak dengan titik-titik hitam di bagian tengahnya. Mula-mula bercak berwarna kuning agak coklat.

c) Epidemiologi

Patogen memencar dengan spora yang terjadi apabila ada perubahan yang mendadak dari keadaan basah kemudian kering dan disertai angin.

10. Bercak Botryodiplodia sp.

a) Tanaman Inang

Penyakit ini dijumpai pada anggrek jenis Vanda sp. dan Arachnis sp.

b) Gejala Serangan

Pada anggrek Vanda sp. penyakit ditandai dengan bercak memanjang berwarna coklat sampai hitam. Gejala terjadi baik di daun maupun batangnya. Bercak tidak terbatas pada bagian-bagian yang tua saja tetapi yang mudapun terserang.

c) Epidemiologi

Penyakit memencar dengan sporanya yang berada di dalam badan buahnya. Spora memencar bila terjadi perubahan cuaca yang mendadak dari basah ke kering.

11. Bercak Bunga Botrytis cenerea

a) Tanaman Inang

Penyakit ini terutama menyerang bunga pada anggrek jenis Phalaenopsis sp. dan Cattleya sp..

b) Gejala Serangan

Pada mahkota bunga mula-mula terdapat bintik-bintik hitam. Bila penyakit telah berkembang lebih lanjut dengan bintik yang sangat banyak, bunga akan busuk dan menghitam.

c) Epidemiologi

Penyakit ini berkembang bila kelembaban sangat tinggi. Pemencaran penyakit dilakukan dengan sporanya yang sangat mudah diterbangkan angin.

12. Karat (Uredo sp.)

a) Tanaman Inang

Penyakit karat dijumpai pada Oncidium sp. dan jenis-jenis lainnya.

b) Gejala Serangan

Pada permukaan daun terdapat pustul berwarna kuning. Setiap pustul dikelilingi oleh jaringan daun klorotik. Serangan yang hebat menyebabkan daun mengering.

c) Epidemiologi

Spora patogen mudah melekat pada kaki serangga dan oleh tiupan angin. Kondisi lingkungan yang lembab sangat membantu perkembangan penyakit.

13. Virus Mosaik Cymbidium (Cymbidium mosaic virus= CyMV)

Virus mosaik cymbidium dikenal juga dengan nama "Cymbidium black streak virus" atau "Orchid mosaic virus".

a) Tanaman Inang

Virus ini dijumpai pada 8 genera, yaitu Aranthera sp., Calanthe sp., Cattleya sp.,Cymbidium sp., Gromatophyllum sp., Phalaenopsis sp., Oncidium sp., dan Vanda sp.

b) Gejala Serangan

Pada Cymbidium sp. gejala mosaik akan tampak lebih jelas pada daun-daun muda berupa garis-garis klorotik memanjang searah serat daun. Bunga pada tanaman Cattleya sp. yang terinfeksi biasanya memperlihatkan gejala bercak-bercak coklat nekrosis pada petal dan sepalnya. Bunga biasanya berukuran lebih kecil dan mudah rontok dibandingkan dengan bunga tanaman sehat.

c) Morfologi/Epidemiologi

Partikel CyMV berbentuk filamen memanjang berukuran 13 x 475 nm. Virus ini menular secara mekanik melalui cairan atau ekstrak bagian tanaman sakit, tetapi tidak menular melalui biji ataupun serangga vektor.

14. Virus Mosaik Tembakau Strain Orchid (Tobacco Mosaic Virus-Orchid = TMV-O)

Virus ini dikenal juga dengan nama virus bercak bercincin odontoglossum (odontoglossum ringspot virus = ORSV).

a) Tanaman Inang

Jenis-jenis anggrek lain yang dapat terserang virus ini mencakup Dendrobium sp., Epidendrum sp., Vanda sp., Cattleya sp., Oncidium sp. Cymbidium sp. dan Phalaenopsis sp.

b) Gejala Serangan

Pada beberapa jenis anggrek seperti Cattleya sp., gejala infeksi virus ini bervariasi, yaitu berupa garis-garis klorotik, bercak-bercak klorotik sampai nekrotik atau bercak-bercak berbentuk cincin. Pada Oncidium sp. bercak-bercak nekrotik berwarna hitam tampak nyata pada permukaan bawah daun. Di lapang persentase tanaman anggrek Oncidium sp. terinfeksi virus ini dapat mencapai 100 %. Gejala pada bunga, misalnya pada anggrek Cattleya sp., berupa mosaik pada sepal dan petal. Bagian tepi bagian bunga ini biasanya bergelombang.

c) Morfologi/Epidemiologi

Partikel virus berbentuk batang berukuran 18 x 300 nm. TMV-O mudah ditularkan secara mekanik melalui ekstrak bagian tanaman sakit, tetapi tidak menular melalui serangga vektor ataupun biji.

Coelogyne

22.3.12

coelogyne pandurata pict

Negara penyebaran anggrek Coelogyne adalah India, Asia Tenggara, Indonesia, Cina, Filipina, Nugini dan Kepulauan Pasifik

Genus Coelogyne memiliki sekitar 150 spesies yang ditemukan dalam berbagai zona iklim dan karena itu sangat penting bagi para kolektor untuk mengetahui dari daerah mana tanaman Anda berasal.

Banyak spesies yang epifit (kadang-kadang lithophytes), sebagian spesies berbunga harum. Mereka memiliki pseudobulbs dengan jumlah satu sampai dua yang cukup besar, daun kasar tipis. Setiap pseudobulbs agak panjang, dengan rimpang akar yang merayap keluar sehingga mereka sangat baik tumbuh di keranjang besar atau lempengan sehingga akar mereka dapat berkeliaran di sekitar dengan mudah.


Klasifikasi Ilmiah

  • Kingdom : Plantae
  • (unranked): Angiospermae
  • (unranked): Monocotil
  • Order : Asparagales
  • Family : Orchidaceae
  • Subfamily : Epidendroideae
  • Tribe : Coelogyneae
  • Subtribe : Coelogyninae
  • Genus : Coelogyne
  • Spesies :

Coelogyne acutilabium de Vogel
Coelogyne albobrunnea J.J.Sm.
Coelogyne albolutea Rolfe
Coelogyne anceps Hook.f.
Coelogyne asperata Lindl.
Coelogyne assamica Linden & Rchb.f.
Coelogyne barbata Lindl. ex Griff.
Coelogyne beccarii Rchb.f.
Coelogyne bicamerata J.J.Sm.
Coelogyne bilamellata Lindl.
Coelogyne borneensis Rolfe
Coelogyne brachygyne J.J.Sm.
Coelogyne brachyptera Rchb.f.
Coelogyne breviscapa Lindl.
Coelogyne bruneiensis de Vogel
Coelogyne buennemeyeri J.J.Sm.
Coelogyne calcarata J.J.Sm.
Coelogyne calcicola Kerr
Coelogyne caloglossa Schltr.
Coelogyne candoonensis Ames
Coelogyne carinata Rolfe.
Coelogyne celebensis J.J.Sm.
Coelogyne chanii Gravend. & de Vogel
Coelogyne chlorophaea Schltr.
Coelogyne chloroptera Rchb.f.
Coelogyne clemensii Ames & C.Schweinf. in O.Ames.
Coelogyne clemensii var. angustifolia Carr
Coelogyne clemensii var. clemensii
Coelogyne clemensii var. longiscapa Ames & C.Schweinf. in O.Ames
Coelogyne compressicaulis Ames & C.Schweinf. in O.Ames
Coelogyne concinna Ridl.
Coelogyne confusa Ames.
Coelogyne contractipetala J.J.Sm.
Coelogyne corymbosa Lindl.
Coelogyne crassiloba J.J.Sm.
Coelogyne craticulilabris Carr
Coelogyne cristata Lindl.
Coelogyne cumingii Lindl.
Coelogyne cuprea H.Wendl. & Kraenzl.
Coelogyne cuprea var. cuprea
Coelogyne cuprea var. planiscapa J.J.Wood & C.L.Chan
Coelogyne dichroantha Gagnep
Coelogyne distans J.J.Sm.
Coelogyne dulitensis Carr.
Coelogyne eberhardtii Gagnep
Coelogyne ecarinata C.Schweinf.
Coelogyne echinolabium de Vogel
Coelogyne elmeri Ames.
Coelogyne endertii J.J.Sm.
Coelogyne exalata Ridl.
Coelogyne filipeda Gagnep.
Coelogyne fimbriata Lindl.
Coelogyne flaccida Lindl.
Coelogyne flexuosa Rolfe.
Coelogyne foerstermannii Rchb.f..
Coelogyne formosa Schltr.
Coelogyne fragrans Schltr.
Coelogyne fuerstenbergiana Schltr.
Coelogyne fuscescens Lindl.
Coelogyne fuscescens var. brunnea (Lindl.) Lindl..
Coelogyne fuscescens var. fuscescens
Coelogyne fuscescens var. integrilabia Pfitzer in H.G.A.Engler (ed.).
Coelogyne genuflexa Ames & C.Schweinf. in O.Ames.
Coelogyne ghatakii T.K.Paul, S.K.Basu & M.C.Biswas
Coelogyne gibbifera J.J.Sm.
Coelogyne glandulosa Lindl.
Coelogyne glandulosa var. bournei S.Das & S.K.Jain
Coelogyne glandulosa var. glandulosa
Coelogyne glandulosa var. sathyanarayanae S.Das & S.K.Jain
Coelogyne gongshanensis H.Li ex S.C.Chen.
Coelogyne griffithii Hook.f.
Coelogyne guamensis Ames
Coelogyne hajrae Phukan.
Coelogyne harana J.J.Sm.
Coelogyne hirtella J.J.Sm.
Coelogyne hitendrae S.Das & S.K.Jain.
Coelogyne holochila P.F.Hunt & Summerh.
Coelogyne huettneriana Rchb.f.
Coelogyne imbricans J.J.Sm.
Coelogyne incrassata (Blume) Lindl.
Coelogyne incrassata var. incrassata
Coelogyne incrassata var. sumatrana J.J.Sm.
Coelogyne incrassata var. valida J.J.Sm.
Coelogyne integerrima Ames
Coelogyne integra Schltr.
Coelogyne judithiae P.Taylor
Coelogyne kaliana P.J.Cribb.
Coelogyne kelamensis J.J.Sm.
Coelogyne kemiriensis J.J.Sm..
Coelogyne kinabaluensis Ames & C.Schweinf. in O.Ames.
Coelogyne lacinulosa J.J.Sm.
Coelogyne latiloba Vogel
Coelogyne lawrenceana Rolfe
Coelogyne lentiginosa Lindl.
Coelogyne leucantha W.W.Sm.
Coelogyne lockii Aver.
Coelogyne loheri Rolfe
Coelogyne longiana Aver.
Coelogyne longibulbosa Ames & C.Schweinf. in O.Ames.
Coelogyne longifolia (Blume) Lindl.
Coelogyne longipes Lindl.
Coelogyne longirachis Ames
Coelogyne longpasiaensis J.J.Wood & C.L.Chan
Coelogyne lycastoides F.Muell. & Kraenzl.
Coelogyne macdonaldii F.Muell. & Kraenzl.
Coelogyne malintangensis J.J.Sm..
Coelogyne malipoensis Z.H.Tsi
Coelogyne marmorata Rchb.f.
Coelogyne marthae S.E.C.Sierra
Coelogyne mayeriana Rchb.f.
Coelogyne merrillii Ames
Coelogyne micrantha Lindl.
Coelogyne miniata (Blume) Lindl.
Coelogyne monilirachis Carr
Coelogyne monticola J.J.Sm.
Coelogyne mooreana Rolfe
Coelogyne mossiae Rolfe
Coelogyne motleyi Rolfe ex J.J.Wood, D.A.Clayton & C.L.Chan
Coelogyne moultonii J.J.Sm.
Coelogyne multiflora Schltr.
Coelogyne muluensis J.J.Wood
Coelogyne naja J.J.Sm.
Coelogyne nervosa A.Rich.
Coelogyne nitida (Wall. ex D.Don) Lindl.
Coelogyne obtusifolia Carr
Coelogyne occultata Hook.f.
Coelogyne occultata var. occultata
Coelogyne occultata var. uniflora N.P.Balakr.
Coelogyne odoardi Schltr.
Coelogyne odoratissima Lindl.
Coelogyne ovalis Lindl.
Coelogyne palawanensis Ames
Coelogyne pandurata Lindl. : Black Orchid
Coelogyne papillosa Ridl. ex Stapf.
Coelogyne parishii Hook.f.
Coelogyne peltastes Rchb.f.
Coelogyne pempahisheyana H.J.Chowdhery
Coelogyne pendula Summerh. ex Perry
Coelogyne pholidotoides J.J.Sm.
Coelogyne picta Schltr.
Coelogyne planiscapa Carr.
Coelogyne planiscapa var. grandis Carr.
Coelogyne planiscapa var. planiscapa
Coelogyne plicatissima Ames & C.Schweinf. in O.Ames
Coelogyne prasina Ridl.
Coelogyne prolifera Lindl.
Coelogyne pulchella Rolfe.
Coelogyne pulverula Teijsm. & Binn.
Coelogyne punctulata Lindl.
Coelogyne punctulata f. brevifolia (Lindl.) S.Das & S.K.Jain
Coelogyne punctulata f. punctulata
Coelogyne quadratiloba Gagnep.
Coelogyne quinquelamellata Ames
Coelogyne radicosa Ridl.
Coelogyne radioferens Ames & C.Schweinf. in O.Ames
Coelogyne raizadae S.K.Jain & S.Das.
Coelogyne remediosae Ames & Quisumb.
Coelogyne renae Gravend. & de Vogel.
Coelogyne rhabdobulbon Schltr.
Coelogyne rigida C.S.P.Parish & Rchb.f.
Coelogyne rigidiformis Ames & C.Schweinf.
Coelogyne rochussenii de Vriese
Coelogyne rumphii Lindl.
Coelogyne rupicola Carr.
Coelogyne salmonicolor Rchb.f.
Coelogyne sanderae Kraenzl. ex O'Brien
Coelogyne sanderiana Rchb.f.
Coelogyne schilleriana Rchb.f. & K.Koch.
Coelogyne schultesii S.K.Jain & S.Das.
Coelogyne septemcostata J.J.Sm.
Coelogyne sparsa Rchb.f.
Coelogyne speciosa (Blume) Lindl.
Coelogyne speciosa subsp. fimbriata (J.J.Sm.) Gravend.
Coelogyne speciosa subsp. incarnata Gravend.
Coelogyne speciosa subsp. speciosa
Coelogyne squamulosa J.J.Sm.
Coelogyne steenisii J.J.Sm.
Coelogyne stenobulbum Schltr.
Coelogyne stenochila Hook.f.
Coelogyne stricta (D.Don) Schltr.
Coelogyne suaveolens (Lindl.) Hook.f.
Coelogyne susanae P.J.Cribb & B.A.Lewis
Coelogyne swaniana Rolfe
Coelogyne tenasserimensis Seidenf.
Coelogyne tenompokensis Carr.
Coelogyne tenuis Rolfe
Coelogyne testacea Lindl.
Coelogyne tiomanensis M.R.Hend.
Coelogyne tomentosa Lindl. : Necklace Orchid
Coelogyne tommii Gravend. & P.O'Byrne
Coelogyne trilobulata J.J.Sm.
Coelogyne trinervis Lindl.
Coelogyne triplicatula Rchb.f.
Coelogyne triuncialis P.O'Byrne & J.J.Verm.
Coelogyne tumida J.J.Sm.
Coelogyne undatialata J.J.Sm.
Coelogyne usitana Roeth & O.Gruss.
Coelogyne ustulata C.S.P.Parish & Rchb.f.
Coelogyne vanoverberghii Ames
Coelogyne veitchii Rolfe
Coelogyne velutina de Vogel
Coelogyne venusta Rolfe
Coelogyne vermicularis J.J.Sm.
Coelogyne verrucosa S.E.C.Sierra
Coelogyne virescens Rolfe
Coelogyne viscosa Rchb.f.
Coelogyne weixiensis X.H.Jin (2005)
Coelogyne xyrekes Ridl.
Coelogyne yiii Schuit. & de Vogel
Coelogyne zhenkangensis S.C.Chen & K.Y.Lang
Coelogyne zurowetzii Carr

Aerangis citrata

Aerangis citrata pict

  • Genus : Aerangis
  • Species : Aerangis citrata

Aerangis citrata adalah anggrek dengan ukuran kerdil, tumbuh teduh berumpun, spesies dari Madagaskar. Kecil dengan daun hijau mengkilap, tanaman berpenampilan terbaik saat berada di bebatuan dengan dibalut lumut spaghnam sedikit di bawah akar. Sebuah panci atau keranjang dengan media berdrainase baik dapat digunakan untuk menanam anggrek ini.

Aerangis citrata pict

Aerangis citrata


Aerangis citrata membutuhkan naungan yang teduh dan harus memiliki sirkulasi udara yang baik, sebab spcies Aerangis yang satu ini paling tidak toleran terhadap kondisi lingkungan. Karena bentuk tanaman yang kecil, akar jangan sampai terlalu basah dan juga tidak boleh mengering terlalu lama, artinya akar dalam kondisi lembab saja. Perhatian juga harus diberikan tanda-tanda tungau laba-laba, laba-laba merah. Bunga dengan jumlah banyak pada tangkai yang panjang berwarna hijau keputihan. Baunya harum dan tahan lama, mempesona.